Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

10 Alasan Mengapa Orang Kristen Merayakan Natal

 

3. Pembentukan Gereja Tuhan Pada Awalnya Dimulai dari Peristiwa Natal

Jika ada yang beralasan Alkitab tidak pernah mengajarkan agar orang percaya memperingati atau merayakan natal. Baik Tuhan Yesus maupun para rasul-Nya, tidak pernah mengajarkan hal itu. Maka, tentu pandangan tersebut salah dalam memahami Alkitab.

Memang Alkitab tidak mencatat bahwa Tuhan Yesus merayakan kelahiran-Nya, namun jelas Tuhan Yesus tidak datang ke dunia untuk menonjolkan diri, melainkan Ia membawa misi Bapa.

Setelah Kristus menyelesaikan misi Bapa dan gereja terbentuk menjadi sebuah lembaga yang diakui negara, Bapa mempermuliakan-Nya di bumi melalui gereja-Nya untuk memperingati natal, yakni tentang kelahiran Kristus.

Rasul-rasul juga tidak menyinggung mengenai merayakan peristiwa natal. Namun, dengan pemberitaan kematian-Nya, sebetulnya juga telah mewartakan kelahiran-Nya.

Dan memang fokus para rasul adalah pemberitaan Injil, tidak ada waktu untuk memikirkan dan merayakan kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember, sebab gereja mula-mula (termasuk para rasul) mengalami pertentangan hebat dan penganiayaan berat.

Nanti setelah gereja diakui sebagai gereja Negara barulah disahkan bahwa orang Kristen harus merayakan natal pada tanggal 25 Desember. Perayaan natal terjadi berdasarkan tradisi gereja. Pengesahan perayaan natal ini dimulai pada abad ke-4 Masehi, tatkala Kaisar Konstantinus (kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen) memerintah di masanya.

Baca juga: 7 MAKNA NATAL ATAU KELAHIRAN KRISTUS DI ALKITAB

Apakah Kaisar Kontatinus menetapkan perayaan natal 25 Desember sebagai inisiatif  atau perintahnya? Tentu ia tidak sembarang menetapkannya.

Apabila kita merunut awal berdirinya gereja Tuhan hingga pada abad keempat natal disahkan, maka kita pasti akan mengakui bahwa peristiwa natal sebetulnya adalah alasan terkuat mengapa gereja Tuhan akhirnya terbentuk di bumi ini.

Jelas sekali bahwa Kristus datang ke dalam dunia adalah membawa misi Bapa yang diawali dari Ia menanggalkan keallahan-Nya dan mengambil rupa sebagai anak manusia.

Maka, sebetulnya tidak ada alasan bagi gereja untuk tidak merayakan natal dan harus mengajarkan jemaat agar memaknai natal dengan benar, yakni hidup dalam pertobatan dan hidup berkenan di hadapan-Nya.

 

 

4. Penetapan Natal Secara Tidak Langsung juga Terjadi Oleh Campur Tangan Roh Kudus

Pastilah ada pertimbangan besar yang Kaisar Konstantinus lakukan dalam mengesahkan natal pada tanggal 25 Desember, bisa berdasarkan tradisi sebelumnya, data dan fakta dari Bapa-bapa gereja.

Atau bisa juga ada fakta lain yang mendorong kaisar tersebut mencetuskan kesepakatan bersama para tokoh gereja dan orang percaya saat itu, untuk menentukan tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Kristus dan gereja atau orang Kristen harus merayakan natal.

Dan tak bisa kita pungkiri, di sini ada campur tangan dan hikmat Roh Kudus. Sebab sudah menjadi tradisi para rasul maupun orang Kristen gereja mula-mula, untuk menentukan suatu peristiwa atau perkara penting, mereka meminta petunjuk dari Roh Kudus.

Baca juga: NATAL MENUNTUN KITA KEPADA-NYA

Terlepas dari anggapan tanggal 25 Desember diperingati setiap tahunnya sebagai hari lahir dewa matahari oleh orang Romawi penyembah berhala. Yang pasti, kita patut bersyukur bila natal dirayakan, sebab dengan adanya peristiwa natal 2000 tahun yang lalu kita berkesempatan menjadi anak Allah.

Bisa juga orang Kristen mula-mula, pasca para rasul memperingati kelahiran Kristus secara diam-diam sebelum natal disahkan, sebab risiko mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah taruhannya nyawa, apalagi merayakan kelahiran Kristus. Dari mana mereka tahu tanggal kelahiran Kristus, tentu sumbernya langsung dari ibu Yesus, Maria.

Nanti setelah Kristen diakui, maka natal yang mungkin dirayakan secara diam-diam ini, kembali disahkan dan diakui oleh negara melalui kaisar Konstantinus. Di sini jelas, kita mengakui atau tidak, yang pasti kita tidak bisa memungkiri bahwa di dalamnya ada campur tangan Tuhan atau Roh Kudus.

 

 

5. Peristiwa Natal Merupakan Refleksi atau Pembuktian Kasih Allah bagi Dunia

Manusia telah berdosa dan tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan cara apapun. Tidak ada solusi yang tepat bagi dunia untuk beroleh keselamatan, bila Tuhan tidak melibatkan diri-Nya secara langsung.

Roma 3:23, jelas menegaskan bahwa “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”

Fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah manusia telah berbuat dosa atau sudah berada dalam keadaan berdosa karena telah jatuh atau berbuat dosa. Dan karena dosa, efeknya manusia terpisah dengan Allah, telah kehilangan kemuliaan Allah di dalam dirinya.

Baca juga: Natal sebuah Pemberian atau Perayaan? Ini Sikap yang Seharusnya…

Masalah dosa ini adalah masalah serius, karena Roma 6:23 menyebutkan bahwa “Sebab upah dosa ialah maut; …” Artinya semua manusia harus menuju kebinasaan kekal akibat dosa.

Keadaan manusia yang kotor dan hina inilah yang menggelitik hati Bapa di Sorga, sehingga Ia memilih bertindak dengan kasih-Nya yang mulia, agung, besar, dan ajaib itu. Solusi terbaik Ia berikan kepada manusia.

Apakah solusi terbaik dari Bapa itu? Yohanes 3:16, menyebutkan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Bapa mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus untuk menjalankan misi penyelamatan Bapa melalui Yesus berinkarnasi menjadi manusia. Inilah peristiwa natal yang merupakan refleksi serta pembuktian kasih Allah bagi manusia berdosa yang dikasihi-Nya.

 

 

6. Peristiwa Natal merupakan Anugerah Terbesar bagi Manusia Berdosa

Alasan berikutnya mengapa orang Kristen merayakan natal, sebab peristiwa natal adalah anugerah terbesar bagi manusia berdosa, di mana Bapa membuktikan kasih-Nya yang besar bagi dunia dengan mengutus Yesus Kristus menjadi manusia.

Dalam sejarah dunia, peristiwa natal diakui merupakan anugerah terbesar. Tentu kita sebagai orang percaya juga sepakat mengakui bahwa peristiwa natal merupakan anugerah terbesar bagi manusia berdosa. Sebab barangsiapa yang sungguh-sungguh percaya beroleh keselamatan kekal.

Kristus adalah anugerah terbesar bagi dunia, sebab Ia adalah roti yang dari sorga.

Baca juga: Dari Betlehem ke Golgota, Jadilah Murid Kristus Sejati…

Yohanes 6:50-51, menyebutkan bahwa “Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Hidup kekal yang diperoleh oleh orang percaya adalah karena Bapa menganugerahkan Kristus bagi dunia. Sehingga manusia yang seharusnya binasa, beroleh kesempatan untuk hidup dalam pertobatan dan melakukan kehendak Bapa.

Peristiwa natal adalah anugerah terbesar, karena awal dari misi keselamatan yang dikerjakan Kristus. Namun sayangnya, banyak orang Kristen merayakan natal dengan euforia dan pesta pora, bukan dengan mendandani manusia batiniahnya agar semakin berkenan kepada Bapa.

Baca selanjutnya: Klik DI SINI atau klik NEXT di bawah ini untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya.

Tanggapan Anda:

error: