Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

12 Murid Tuhan Yesus dan Kisah Imannya (Bag. 2)

Murid Yesus
Fokus Hidup
“Artikel berikut ini adalah melanjutkan kisah akhir hidup 6 dari Murid Tuhan Yesus lainnya. Seperti apa kisah pelayanan mereka? Apa yang bisa teladani dari cara hidup mereka? Simak dengan seksama artikel yang berjudul 12 Murid Tuhan Yesus dan Kisah Imannya (Bag. 2) ini.”

 

Artikel sebelumnya telah membahas 6 Rasul atau murid Tuhan Yesus perihal kisah akhir mereka dalam pelayanan, beserta kemartiran mereka. Artikel berikut ini adalah melanjutkan membahas 6 Murid Tuhan Yesus lainnya.

Sangat penting untuk kita mengetahui kisah hidup bahkan akhir perjalanan semua murid Kristus. Agar kita dapat meneladani cara hidup mereka, terutama mengenai kesetiaan mereka. Sehingga kita juga menjadi orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai 6 Murid Tuhan Yesus lainnya. Namun sebelum Saudara membaca artikel ini (apabila Saudara belum membaca pembahasan bagian 1), maka ada baiknya Saudara membaca terlebih dahulu pembahasan 12 Murid Tuhan Yesus dan Kisah Imannya (Bag. 1).

 

 

7. Tomas Murid Tuhan Yesus

Nama Tomas berasal dari bahasa Ibrani, T’hom, yang artinya “anak kembar”. Dalam bahasa Aram disebut , T’oma sedangkan dalam bahasa Yunani ialah Θωμᾶς atau Thomas. Warga Gereja Mula-mula yang berbicara dalam bahasa Yunani, menyapanya dengan sebutan Δίδυμος (Didumos) atau Didimus.

Injil Yohanes tiga kali memakai terjemahan Yunaninya, dengan sebutan Didimus. Kemungkinan Tomas memiliki saudara kembar sesuai arti namanya, namun Alkitab tidak menjelaskan siapa nama kembaran Tomas. Tradisi Siria dan Mesir menyebut nama kembarannya ialah Yudas.

Baca juga: TETAP KONSISTEN DALAM IMAN KEPADA KRISTUS

Pemanggilan Tomas sebagai murid Tuhan Yesus, tidak dijelaskan kapan hal itu terjadi atau apa pekerjaannya sebelum ia menjadi murid. Namun, setelah kematian Tuhan Yesus, Tomas bersama enam murid lainnya pergi ke danau Tiberias untuk menangkap ikan (Yoh. 21:1-3). Mungkin hal ini hendak memberitahukan bahwa pekerjaan Tomas sebelumnya ialah sebagai nelayan.

Mengenai Tomas, dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) hanya menyebut atau menulis namanya saja tanpa ada penjelasan detil tentangnya (Mat. 10: 2-4; Mrk. 3:16-19; Luk. 6:14-16; Kis. 1:13). Sedangkan Injil Yohanes memberikan beberapa catatan tentang “peran” Tomas ketika bersama dengan Tuhan Yesus.

ketika Tuhan Yesus akan berangkat ke Yudea untuk membangkitkan Lazarus. Pada saat itu para murid mengingatkan Tuhan Yesus bahwa di tempat itu, Ia nyaris dibunuh orang. Namun Yesus tetap menuju Yudea. Kemudian Tomas berkata kepada murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia,” (Yoh. 11:16).

Ia mengaku tidak memahami ke mana Tuhan Yesus hendak pergi, ketika Tuhan mempersiapkan murid-murid perihal kepergian-Nya yang akan datang (Yoh. 14:5).

Peristiwa yang membuatnya terkenal, yakni ketidakpercayaannya bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Ia disebut Tomas “yang tidak percaya” bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Sebab, ia tidak ada ketika Tuhan Yesus menampakkan kepada murid-murid (Yoh. 20: 24).

Ia membutuhkan bukti yang riil mengenai kebangkitan itu. Dan seminggu kemudian Tuhan Yesus menampakkan diri kembali kepada murid-murid, termasuk kepadanya, dan memperlihatkan fakta bahwa kebangkitan tubuh-Nya adalah nyata.

Ia memberi kesempatan kepada Tomas untuk meraba bekas paku di tangan-Nya dan bekas tombak di lambung-Nya. Kemudian Tomas pun mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28).

Bila kita cermati, keraguan Tomas atas kebangkitan tubuh Tuhan Yesus, sebenarnya bukanlah hal yang negatif, sebab Yesus tidak menghardiknya. Itu sebabnya para bapa gereja zaman dahulu sangat menghargai contoh yang diberikan oleh Tomas. Misalnya Agustinus (354-430 M.) yang mengatakan tentang Tomas, bahwa “Ia telah meragukan agar kita bisa percaya.”

Baca juga: DOA YANG BENAR, PENTING UNTUK DIKETAHUI

Perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit, merubah dirinya. Dampak dari perjumpaan itu menghasilkan iman yang melenyapkan keragu-raguan dalam dirinya dan membangkitkan semangat hidupnya. Serta memiliki tekad kuat berkarya bagi kemuliaan dan Kerajaan Allah. Hal itu nampak dari catatan Sejarah Gereja oleh Eusebius, pada abad ke IV.

Tomas adalah salah satu murid yang paling banyak disebut di dalam tradisi gereja perihal pelayanan, karya, dan kematiannya. Ia dikatakan menjadi perintis Pekabaran Injil di Kerajan Partia.

Tradisi yang paling bisa dipercaya menyebutkan bahwa Tomas menjadi misionaris di India. Konon ia mati sebagai martir di sana dan dikuburkan di Mylapore (sekarang pinggiran kota Madrash). Ia pertama kali membawa berita Injil ke India khususnya di Malabar dan Tranvancore, India Selatan.

Sehingga lahir Gereja Mar Thoma, yang berkembang hingga sekarang dan menghasilkan para misionaris yang kemudian membawa Injil masuk ke Indonesia (abad V) di Barus, pantai barat Sumatera Utara. Nama Tomas terus dikenang oleh sebuah gereja Mar Thoma, yang berarti “Tuan Tomas”.

Rasul Tomas memberitakan Injil ke Persia, Parthia, dan India. Di Calamina, India, ia disiksa oleh orang kafir yang marah kepadanya, Tubuhnya ditusuk tombak dan dilemparkan ke dalam nyala api oven.

Ada banyak buku yang diklaim ditulis oleh Rasul Tomas, yang paling terkenal adalah Injil Tomas. Namun semua buku yang dikatakan ditulis olehnya tersebut, ternyata adalah palsu.

 

 

8. Matius Murid Tuhan Yesus, Berprofesi Pemungut Cukai

Nama Matius dalam bahasa Yunani adalah Ματθαῖος atau Matthaios, berasal dari bahasa Ibrani Mattityahu, disingkat Mattay, yang artinya “ Anugerah atau Pemberian Tuhan”. Matius mempunyai dua nama. Di dalam Injil lain, Matius juga disebut Lewi.

Sebagian pakar Alkitab berpendapat bahwa Matius adalah anggota suku Lewi, sehingga ia dinamai dengan nama sukunya tersebut. Namun, banyak pakar yang beranggapan bahwa nama asli Matius sebenarnya adalah Lewi dan Tuhan Yesus kemudian memberinya nama Matius.

Baca juga: SETIA HINGGA AKHIR, PENTING UNTUK DISIMAK…

Ia adalah seorang pemungut cukai yang kemudian dipanggil Tuhan Yesus menjadi murid-Nya (Mat. 9:9). Matius sepertinya adalah orang yang cukup berada, sebab ia mengadakan perjamuan besar untuk menyambut Tuhan Yesus di rumahnya (Luk. 5:29).

Tentu tidak mengherankan jika Matius termasuk orang yang kaya di zaman itu. Sebab para pemungut cukai adalah orang yang terbiasa memungut pajak rakyat melebihi yang ditentukan oleh pemerintah Romawi (Luk. 3:12-13).

Matius adalah orang Galilea yang lahir di Kapernaum dengan nama Lewi. Ayahnya bernama Alfeus, dan ibunya adalah Maria (bukan ibu Yesus). Keluarganya adalah pemeluk Yudaisme, agama Yahudi, yang taat dan fanatik.

Keluarganya juga merupakan orang-orang yang sangat nasionalis dan penuh pengabdian yang tinggi kepada Tuhan, serta mencintai keberadaan mereka sebagai orang Yahudi sejati. Walaupun mengecewakan orang tuanya, Matius bekerja sebagai pemungut cukai, bahkan menjadi kepala kantor pajak atau bea cukai yang bekerja untuk pemerintah Romawi.

Bekerja sebagai pemungut cukai sangat tidak disukai oleh orang Yahudi, sehingga disamakan dengan orang-orang berdosa. Para pemungut cukai juga dianggap sebagai pengkhianat, dikarenakan oleh hubungan mereka yang erat dengan penjajah Romawi.

Meskipun Matius adalah mantan pemungut cukai, namun ia tidak toleran terhadap para pemungut cukai. Ia menggolongkan para pemungut cukai sebagai orang-orang berdosa. Hal ini dituangkannya di dalam Injil yang ditulisnya di kemudian hari (Mat. 9:10).

Ketika Tuhan Yesus di Kapernaum dan dalam perjalanan menuju pantai, Ia melihat Lewi atau Matius sedang berada di rumah pos pemeriksaan bea cukai. Tuhan Yesus pun memanggilnya untuk mengikut Dia. Dan Lewi langsung merespons panggilan-Nya.

Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.

Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia (Luk. 5 :27-29).

Setelah mengenal Tuhan Yesus, Lewi yang juga dikenal dengan Matius, berani mengambil sebuah tindakan yang mengubah gaya hidupnya dari hidup mewah. Ia meninggalkan profesinya sebagai pemungut cukai dan memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus.

Matius melakukan pekerjaan pelayanan dan pekabaran Injil di Etiophia, Afrika. Dialah yang menulis salah satu Injil Perjanjian Baru yang pada awalnya ditujukan khusus kepada orang-orang Yahudi.

Sebagai mantan kepala kantor pajak, Matius tentu mempunyai kemampuan dan terbiasa membuat laporan yang mendetail dan sistematis. Kemampuannya tersebut ia gunakan dalam menulis ulang semua informasi tentang tentang Tuhan Yesus.

Hasil karya tersebut ialah Injil Matius. Roh Kudus memakai Matius, sehingga ia mampu menulis semua catatan penting tentang Yesus terkait Kelahiran, Jumat Agung, Paskah, dan pesan terakhir sebelum Kristus naik ke Surga. Yang dikenal dengan istilah “Amanat Agung” Tuhan Yesus Kristus, tercatat dalam Injil Matius.

Baca juga: MENJADI MURID SEJATI, PENTING UNTUK DIKETAHUI

Tidak diragukan lagi bahwa Matius adalah penulis Injil yang disebut menurut namanya, yakni Injil Matius. Hal ini sesuai dengan tradisi gereja. Papias (70-155 Masehi), salah satu bapa gereja yang banyak menulis tentang tradisi Kristen, mengatakan dengan jelas bahwa Matius adalah penulis Injil Matius.

Matius menjadi martir, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Ethiopia.

John Foxe dalam bukunya Book of Martyrs, menulis bahwa Matius menghabiskan sisa umurnya untuk memberitakan Injil ke Partia dan Etiopia. Juga menurutnya, Matius meninggal sebagai martir di kota Nadabah pada tahun 60 M.

Namun pendapat Foxe ini, agak sulit untuk dipastikan apakah pernyataannya itu layak dipercaya. Sebab ia memperoleh informasi dari sumber-sumber Yunani abad pertengahan.

 

Baca selanjutnya: Klik NEXT di bawah ini, atau klik DI SINI untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya.

Tanggapan Anda:

error: