Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

7 MAKNA KEMATIAN KRISTUS BAGI UMAT MANUSIA


Fokus Hidup
Kematian Kristus adalah peristiwa penting bagi manusia. Mengapa? Seperti apa makna kematian Tuhan Yesus itu? Sejauh mana kematian-Nya berdampak dalam kehidupan orang Kristen? Simak artikel berjudul 7 MAKNA KEMATIAN KRISTUS UMAT MANUSIA Ini.”

 

Kematian Kristus adalah sejarah penting dalam sejarah Tuhan dan dunia. Meski ada sebagian kelompok menolak dengan keras akan karya Tuhan yang agung dan mulia ini, tetap saja tidak dapat menepis fakta ini yang selalu menguat dan menggores kehidupan orang yang percaya kepada Kristus.

Sebab orang percaya tidak hanya mengecap dan merasakan kasih Tuhan melalui pengorbanan Bapa yang merelakan Anak-Nya yang Tunggal untuk mati bagi dunia. Juga turut mengambil bagian menyatu dalam kehendak-Nya melalui berjuang menjadi serupa dengan Kristus dan hidup untuk kemuliaan bagi-Nya.

Seperti halnya Paulus berkata, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hidupku,” (Gal. 2:20).

Yang menjadi pertanyaan, mengapa orang percaya begitu radikal memberikan hidupnya bagi Kristus? Sebab, tidak hanya kelahiran-Nya memiliki makna atau arti yang besar dalam kehidupan orang percaya, juga kematian dan kebangkitan-Nya, memiliki makna atau arti yang dalam menggores sukma hati dan kehidupan orang percaya.

Baca juga: 7 MAKNA NATAL ATAU KELAHIRAN KRISTUS DI ALKITAB

Melalui artikel ini, Penulis hanya membahas mengenai makna kematian Kristus, yang betapa pentingnya kita memahami, mengetahui, mengerti, dan menjadikan awal konsep atau pemahaman iman yang menuntun kita kepada pengenalan yang benar akan pengorbanan Kristus.

Apa sajakah makna kematian Kristus bagi dunia yang perlu kita ketahui sebagai acuan dasar kita dalam mengenal Kristus? Berikut penjelasan singkat 7 makna kematian Kristus bagi dunia yang perlu Anda ketahui.

 

 

1. Kematian-Nya Membuktikan bahwa Dia Seratus Persen Anak Manusia

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Flp. 2:5-7)

 

Bagian pertama dalam pembahasan makna kematian Kristus bagi dunia adalah kematian-Nya membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah seratus persen anak manusia.

Tuhan Yesus mati di atas kayu salib bukanlah sandiwara, melainkan kematian-Nya itu riil. Artinya, memang Tuhan Yesus bisa mati dan benar-benar mati secara jasmani. Pertanyaannya, mengapa Ia bisa mati pada 2000 tahun yang lalu? Sebab Ia 100% manusia.

Hanya makhluk hidup yang bisa mati secara jasmani, begitu pula manusia. Setiap orang yang hidup di dunia ini, pasti bisa mati dan akan mengalami kematiannya masing-masing. Tidak ada yang bisa hidup kekal dengan tubuh jasmani.

Nanti setelah mati, barulah manusia bisa mengalami hidup kekal tak berujung atau mengalami kematian kekal (hukuman kekal) permanen atau tiada akhir. Itu tergantung pilihan hidupnya selama di bumi.

Baca juga: 5 FAKTA YESUS BENAR-BENAR MATI DISALIBKAN

Fakta yang harus kita imani karena Alkitab dan sejarah dunia telah nyata-nyata memberikan kesaksian, bahwa Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, sebab Ia telah mengosongkan diri-Nya (Kenosis) dan mengambil rupa manusia. Sehingga Ia pun bisa mati dan mengalami kematian di atas kayu salib.

Ia menanggalkan wujud-Nya sebagai Tuhan yang kekal dengan menanggalkan takhta, kemuliaan, dan pemerintahan kekal-Nya. Ia yang tak terbatas namun menjadikan diri-Nya dibatasi oleh fisik, ruang, dan waktu dan mengalami kematian. Semua itu dilakukan karena kasih Bapa akan dunia ini (Yoh. 3:16).

Kristus adalah 100% anak manusia (Yoh. 1:14). Ia adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal atau yang mewakili Bapa dalam pemerintahan kekal, yang jadi manusia dan mengalami kematian di atas kayu salib. Fakta kematian-Nya itu adalah ia benar-benar atau riil menjadi manusia, bukan sandiwara, untuk menebus dosa manusia.

 

 

2. Kematian-Nya Membuktikan Ketaatan-Nya kepada Bapa

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp. 2:8-11)

 

Bagian kedua dalam pembahasan makna kematian Kristus bagi dunia adalah kematian-Nya membuktikan ketaatan-Nya yang penuh kepada Bapa.

Tuhan Yesus dalam mengambil rupa sebagai manusia, Ia juga menunjukkan bahwa diri-Nya adalah 100% Anak Allah dengan memperlihatkan ketaatan-Nya kepada Bapa. Kemahakuasaan-Nya sebagai Allah tidak diperlihatkan secara berlebihan selama Ia di bumi. Justru bukti bahwa Ia Anak Allah adalah karena Ia tunduk dan taat kepada kehendak Bapa.

Baca juga: 7 ALASAN TUHAN YESUS HARUS MATI BAGI DUNIA

Jika ada yang beranggapan bahwa Ia bisa melakukan mujizat dan itu menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Perlu kita ketahui, bahwa di zaman PL, para nabi pun bisa berbuat mujizat.  Sejak PL atau sebelum Yesus, sudah banyak mujizat yang terjadi.

Bahkan Tuhan Yesus seolah-olah tidak lebih hebat dari dewa Hermes dan Zeus, menurut kepercayaan orang Yunani, kecuali setelah kematian-Nya. Tentu kebangkitan-Nya itu menunjukkan betapa kemahakuasaan-Nya tidak terbatas.

Selama di bumi Tuhan Yesus tidak mendemonstrasikan kuasa-Nya sebagai Allah yang tak terbatas secara berlebihan. Ia menunjukkan kuasa-Nya secara proporsional dalam penundukan penuh kepada kehendak Bapa.

Ia juga berbicara, melakukan segala sesuatu, dan melakukan mujizat atas kehendak Bapa saja. Di luar kehendak Bapa, Ia tidak mau melakukan-Nya. Jelas, Ia tidak mau menyakiti hati Bapa dengan tidak tunduk kepada Bapa.

Bahkan sewaktu Iblis menawarkan kekuasaan dan kekayaan bumi kepada-Nya sewaktu di padang gurun, Ia tidak bergeming dan menolak tawaran yang kelihatannya menggiurkan itu (Mat. 4:8-11). Ia lebih memilih taat kepada Bapa daripada mengkhianati-Nya.

Apakah Tuhan Yesus bisa memilih untuk tidak melakukan kehendak Bapa? Ya, Yesus bisa mengabaikan kehendak Bapa, namun Ia memilih untuk taat. Buktinya, ia menolak tawaran Iblis tersebut dengan berkata, “… Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Juga sewaktu di Taman Getsemani, Tuhan Yesus bisa saja mengikuti kehendak-Nya dengan memohon kepada Bapa untuk tidak mengalami penderitaan sampai mati di atas kayu salib, tetapi Ia berkata, biarlah kehendak Bapa yang terjadi (Luk. 22:41-46; Mat. 26:39-44; Mrk. 14:34-39).

Ketaatan Kristus tidak hanya terjadi di awal saja atau di pertengahan pelayanan-Nya, melainkan sampai akhirnya pada kematian-Nya. Kristus taat kepada Bapa sampai pada kematian-Nya di atas kayu salib. Tuhan Yesus taat sampai mati.

Dengan kata lain, kematian Kristus adalah bukti ketaatan-Nya kepada Bapa.

Dari peristiwa kematian Kristus, Tuhan Yesus jelas memberikan teladan kepada kita akan penundukan diri dengan penuh kepada ketaatan kepada kehendak Bapa yang di sorga, yang mengutus-Nya ke bumi untuk menebus dosa manusia.

Begitu juga kita dalam mengikut Tuhan Yesus, tunduklah dan taatlah sampai mati. Berjuanglah dalam perlombaan iman sampai akhir.

 

Baca selanjutnya: Klik NEXT di bawah ini, atau klik DI SINI untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya.

Tanggapan Anda:

error: