Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

8 AKIBAT MENOLEH KE BELAKANG, PENTING DISIMAK

2. Menoleh ke belakang mengakibatkan ketidaktaatan (iman)

Ingatkah kita dengan istri Lot? Istilah menoleh ke belakang ini disadur dari peristiwa istri Lot yang menjadi tiang garam. Dalam kasus ini, istri Lot menoleh ke belakang bukan karena mengikuti keinginannya, sebab jika ia mengikuti keinginannya, ia mungkin tak akan berlari.

Namun menoleh ke belakang di sini ia mengingat harta miliknya di belakang. Negeri yang dihancurkan Tuhan itu, menyimpan banyak harta karun keluarganya yang didapat dari hasil jerih payah mereka selama ini. Sayang ditinggal, tetapi apa mau dikata, ia harus berlari.

Dan dalam berlari, ia hanya menoleh ke belakang. Lantas mengapa ia menjadi tiang garam? Abai terhadap perintah Tuhan (Kej. 19:17-26), membuatnya menjadi tiang garam.

Sebab Tuhan sudah berfirman untuk tidak boleh atau jangan menoleh ke belakang. Dipikirnya, mungkin perintah Tuhan ini tidak serius, ya ga pa-palah melihat ke belakang. Hanya melihat ke belakang ini! Rupanya rasa sayang akan harta dan kekayaan membuat ia tidak menaati perintah Tuhan.

“Kita boleh kaya dan memiliki banyak harta, tetapi jangan biarkan harta duniawi mempesona kita, sehingga tanpa kita sadari kita akhirnya menjadi tidak taat.”

Ketika Tuhan menghendaki kita untuk melakukan sesuatu, pandangan kita masih di belakang, akibatnya tidak ada ketaatan. Sayang jika saya harus memberi, sayang jika saya harus mengampuninya, sayang bila saya harus melakukan itu. Akhirnya kita tidak jadi memberi, mengampuni, dan melakukan kehendak Tuhan karena “menoleh ke belakang” daripada taat pada kehendak-Nya.

Sebelum terlambat menjadi pribadi yang cinta uang, egois, dan tidak memiliki ketaatan, yuk kita belajar taat. Agar kita menjadi orang yang cinta Tuhan bukan cinta dunia dan setia hingga akhir.

 

3. Menoleh ke belakang mengakibatkan kebutaan (rohani)

Raja Saul, setelah menjadi Raja ia menjadi buta secara rohani. Ia tidak melihat lagi akan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya. Ia dibutakan oleh gengsi dan jabatannya. Bahkan ia dibutakan oleh kekuatiran dan ketakutan.

Orang yang buta secara rohani, ia tidak dapat melihat kebaikan dan rencana Tuhan dalam hidupnya.

Raja Saul menjadi buta rohani karena ia takut kehilangan jabatan, takut tersaingi, dan takut mengalami kekalahan. Ketakutan inilah yang membuat ia ditolak Tuhan. Padahal Tuhan tidak pernah meninggalkan dan selalu melindunginya apabila ia selalu taat.

Ketakutan membuat ia tidak sabar menunggu waktu Tuhan (1 Samuel 13:8-14). Ketidaksabarannya menunggu Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran sebelum berperang, membuat hierarki kerajaannya terputus dan Tuhan sudah memilih orang lain (Daud) untuk menggantikan dia.

Ketakutan kehilangan jabatan cenderung membuatnya kalap hingga harus membunuh Daud yang dianggap saingannya (1 Sam. 18:6-12).

“Jelaslah menoleh ke belakang membuat kita bias dan tidak bisa melihat rencana Tuhan terjadi di dalam hidup kita.”

Jika saat kita ini sedang mengalami persoalan atau beban berat, jangan biarkan ketakutanmu menguasai, tetapi percayalah sungguh kepada Tuhan dan nantikan pertolongan-Nya. Janganlah mata rohani kita menjadi buta hanya karena “menoleh ke belakang” atau takut kehilangan jabatan, tersaingi, dan direndahkan.

 

4. Menoleh ke belakang mengakibatkan kekuatiran (hidup)

Darimana datangnya kekuatiran? Kekuatiran kita bisa jadi akibat kita pernah gagal di masa lalu. Kita melakukan sesuatu dan pernah gagal, hal itu akan menimbulkan efek kuatir atau kekuatiran. Jangan-jangan saya gagal lagi seperti waktu itu, jangan-jangan saya gagal karena perbuatan saya di masa lalu, jangan-jangan saya gagal karena memang saya orang gagal.

Kekuatiran ini menghantui sehingga ada banyak orang membuang peluang atau kesempatan yang ada. “Ah, tidak mungkin saya bisa berhasil dan sukses. Daripada mencoba dan gagal lagi, lebih baik ya sudahlah seperti ini.”

Amsal 12:25 mengatakan, “Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.”

 

“Orang yang selalu mengijinkan kekuatiran menghantui, sama halnya ia kalah sebelum berperang.”

Padahal kekuatannya cukup memadai untuk meraih sukses, namun karena melihat ke belakang, akhirnya ia tidak bisa melihat masa depannya yang penuh harapan.

Belajarlah kepada Yusuf, meski situasi atau keadaan tidak sesuai dengan yang ia mimpikan. Sudah dijual, harus jadi budak. Sudah jadi budak harus di penjara. Sudah di penjara pun dilupakan orang.

Tetapi ia percaya sungguh kepada Tuhan sehingga kekuatiran tidak merenggut masa depannya yang luar biasa telah menantinya.

Jika Anda kuatir,berarti Anda masih menoleh ke belakang. Move on yuk, dan berlarilan mengejar masa depanmu bersama Tuhan.

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”
(Filipi 4:6-7).

 

5. Menoleh ke belakang mengakibatkan kebodohan (rohani)

Benarkah menoleh ke belakang mengakibatkan kebodohan?

Bangsa Israel dituntun Tuhan untuk mendapat tempat yang lebih baik dalam segala hal, namun rupanya, kebodohanlah yang membuat mereka selalu merasa hidup mereka di Mesir lebih baik daripada mereka menuju tanah perjanjian. Apalagi saat itu mereka berada di padang gurun.

Kebodohan mereka semakin kuat hingga menuduh Tuhan mau membinasakan mereka.

Kebodohan di sini bukan berarti mereka tidak bisa membaca, menulis, atau lainnya sesuai dengan standar kepintaran di zamannya.

Tetapi kebodohan mereka ialah tidak tahu akan kebenaran dan maksud Tuhan. Justru kebodohanlah yang membuat mereka sok tahu dan menuduh Tuhan macam-macam. Jadi kebodohan di sini berarti tidak mengenal kebenaran atau tidak mengenal Tuhan.

Tuhan menyebut di dalam Hosea, bahwa justru umat-Nya binasa karena tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan (Hos. 4:6). Orang yang tidak memiliki pengenalan yang benar akan Allah mendatangkan kebinasaan baginya yang diakibatkan oleh kebodohan rohaninya.

“Jangan sampai kebodohan rohani kita yang akhirnya membuat kita lebih nyaman dalam perbudakan dosa, daripada tinggal sedikit lagi mencapai garis akhir tanah perjanjian.”

Banyak orang yang hidup dalam kebodohan rohani, mereka beranggapan bahwa kebenaran dalam Alkitab adalah suatu kebodohan bila memercayainya. Paulus menyebutkan dalam 1 Korintus 1:18, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”

Padahal, orang-orang yang demikian yang sebenarnya adalah dikategorikan sebagai kebodohan rohani. Menolak kebenaran Alkitab, jelas adalah kebodohan rohani. Orang-orang yang terpesona dengan keadaan dunia, merekalah orang yang menoleh ke belakang. Akibatnya mereka menjadi orang-orang yang bodoh secara rohani.

Baca selanjutnya: Klik NEXT di bawah ini, atau klik DI SINI untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya

One Comment

Tanggapan Anda:

error: