Dari Betlehem ke Golgota, Jadilah Murid Kristus Sejati…
Fokus Hidup – “Mengapa natal begitu meriah? Perlukah merayakan natal? Natal ataukah kematian-Nya yang lebih penting? Seperti apa proyek keselamatan yang dikerjakan Kristus? Bagaimana sikap menyambut natal? Temukan jawabannya dalam renungan berjudul Dari Betlehem ke Golgota, Jadilah Murid Kristus Sejati… ini.”
Ayat Bacaan: Lukas 2:8-20
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka
pada waktu malam. (ay. 8)
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar
meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (ay. 9)
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,
yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (ay. 10-11)
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin
dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu
sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (ay. 12-13)
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya." (ay. 14)
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu
berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang
terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." (ay. 15)
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang
berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang
telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. (ay. 16-17)
Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu
kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan
merenungkannya. (ay. 18-19)
Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala
sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah
dikatakan kepada mereka. (ay. 20)
Kristus telah lahir ke dunia ini dengan mengambil rupa wujud manusia dan mengikuti siklus kehidupan alami. Perjalanan hidup Kristus sebagai teladan kita, yakni dari di Betlehem ke Golgota.
Ia lahir sebagai seorang bayi dan seiring dengan waktu, Ia bertumbuh menjadi anak-anak dan bertumbuh dewasa. Sehingga Ia dapat menunaikan misi keselamatan yang sempurna bagi dunia dalam menebus dosa umat manusia (Tit 2:14) dan “… dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi kutuk karena kita, ….” (Gal 3:13).
Kelahiran-Nya memang penting dan tentu melahirkan sejarah baru bagi keselamatan manusia di mana Tuhan sendiri yang datang menjadi manusia, tetapi pelayanan-Nya di muka bumi ini, serta kematian-Nya di atas Kayu Salib, juga adalah sama-sama penting. Kita seharusnya menyambut kehadiran Kristus melalui kelahiran-Nya dan merayakan kematian-Nya. Sebab Ia tidak hanya lahir, melainkan dari Betlehem ke Golgota.
Tidak mungkin akan ada keselamatan bagi orang percaya jika tanpa kehadiran Kristus di dunia ini, lebih dari 2000 tahun yang lalu, melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan Kristus.
Baca juga: Natal sebuah Pemberian atau Perayaan? Ini Sikap Seharusnya…
Jadi, orang percaya seharusnya tidak bisa memilah dan memisahkan apakah kelahiran ataukah penebusan-Nya yang lebih penting. Dari Betlehem ke Golgota, dari kelahiran di Betlehem hingga berujung pada kematian-Nya di bukit Golgota, menjadikan karya keselamatan umat manusia melalui pengorbanan, pengosongan diri, dan penderitaan-Nya menjadi nyata.
Pertanyaannya, mengapa kelahiran-Nya lebih meriah dirayakan oleh dunia dibanding penebusan-Nya atau kematian dan kebangkitanNya? Menjawab hal ini, maka kita tidak bisa mengabaikan tradisi yang berlangsung cukup lama.
Menurut sejarah, melalui Konsili tahun 325, Konstantinus I, kaisar Romawi pertama yang menjadi Kristen, memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus.
Sebelumnya perayaan tersebut adalah perayaan akan “hari kelahiran dewa matahari yang tidak terkalahkan” yang jatuh pada tanggal 25 Desember.
Karena adanya keinginan Kaisar Konstantinus agar kekristenan diterima di wilayah kekuasaan Romawi, maka di-adopsilah perayaan tersebut menjadi perayaan Natal atau kelahiran Kristus Yesus Tuhan. Pemujaan terhadap dewa matahari pada setiap 25 Desember, telah berpindah kepada perayaan natal. Tentu niat ini lahir karena kerinduan menyambut kehadiran Kristus melalui kelahiran-Nya bagi dunia.
Baca juga: 7 MAKNA NATAL ATAU KELAHIRAN KRISTUS DALAM ALKITAB
Kemeriahan pun terjadi, dimana orang Kristen merayakan natal, tetapi juga non Kristen merayakan kelahiran dewa matahari.
Mungkin hal inilah yang melatar belakangi natal menjadi sebuah perayaan yang meriah, ditambah lagi perkembangan sejarah dan munculnya Santa Klaus, pohon natal, dlsb., membuat semakin lengkaplah kemeriahan natal, hingga saat ini.
Apakah kita perlu menyambut kehadiran Kristus atau boleh merayakan natal pada tanggal 25 Desember atau tidak? Ada gereja yang merayakan dan ada juga yang tidak merayakan. Kita bebas memilih mau merayakan atau tidak, yang pasti setarakan juga dengan “karya penebusan Kristus”.
Namun tentu saja kita perlu merayakan natal atau kelahiran Kristus, sebab jika seorang manusia saja akan merayakan kelahirannya, apalagi ini adalah Tuhan yang turun dari sorga. Sudah selayaknya kita pun menyambut kehadiran Kristus dan bersukacita penuh. Bedanya, sukacita yang dari Tuhan ini bukan sukacita fana, melainkan sukacita sejati.
Selain itu, pada kabar kesukaan besar yang disampaikan oleh malaikat kepada para gembala, disebutkan bala tentara sorga memuji Allah dalam menyambut natal atau kelahiran Kristus.
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya,” (ay. 13-14).
Baca juga: NATAL MENUNTUN KITA KEPADA-NYA
Maka jelaslah, kita perlu merayakan natal dengan pujian pengagungan tertinggi kepada Allah yang mulia dan dahsyat. Sebab oleh anugerah-Nya yang diwujudkan melalui jalan penderitaan dari Betlehem ke Golgota, kita beroleh kesempatan menjadi penghuni kekekalan, bahkan bisa menjadi keluarga kerajaan sorga dan memerintah bersama Kristus di kekekalan.
Akan tetapi, tidaklah tepat bila kita merayakan natal dengan kemeriahan, kemewahan, pesta pora, dan berbagai euforia natal lainnya. Sebab natal seharusnya mengingatkan kita bahwa natal adalah awal di mana Kristus memulai penderitaan-Nya dengan “mengosongkan diri-Nya” atau menanggalkan ke-Allah-an yang kekal dan mengenakan tubuh yang fana, yakni menjadi manusia, dari Betlehem menuju Golgota.
Ingatlah, natal adalah di mana Bapa di Sorga harus rela mengutus Anak-Nya yang Tunggal. Bapa bersedia mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal.
Memang di sisi lain, natal disambut dengan sukacita oleh malaikat dan bala tentara sorga, juga oleh mereka yang menantikan Mesias, seperti halnya Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis (Luk. 1:40-45). Namun, tentu ini adalah kepedihan atau duka yang dalam bagi Bapa di Sorga, yang oleh kasih-Nya, Ia merelakan Sang Anak yang Tunggal untuk menderita lahir sebagai manusia yang fana, di Betlehem ke Golgota.
Bapa mengorbankan anak-Nya lahir ke dunia menuju karya salib dan inilah karya keselamatan, proyek ilahi yang dikerjakan oleh Kristus melalui penderitaan-Nya. Kristus melaksanakan misi Bapa melalui bersedia mengambil rupa sebagai manusia dengan rela menderita lahir di kandang domba, di palungan. Ia rela mengenakan tubuh yang terbatas.
Baca juga: Fenomena Bintang Betlehem, Jadilah Alat Tuhan…
Kelahiran adalah hal yang sangat penting, namun kematian dan kebangkitan-Nya adalah hal yang juga sangat penting, dan keistimewaan-Nya juga sama, yakni di mana terjadi karya keselamatan yang ajaib oleh kasih-Nya yang besar bagi manusia, yang dikerjakan di dalam Kristus Tuhan dan Raja, dari Betlehem ke Golgota.
Karena itu, di kesempatan hidup ini, marilah kita sebagai orang percaya merenungkan kasih Tuhan yang besar, sebab melalui karya kehadiran Kristus yang rela menjadi manusia, Ia melayakkan kita menghadap takhta kudus-Nya dan memperoleh keselamatan kekal.
Kisah penyelamatan Kristus bagi dunia tidak hanya sampai di lahir-Nya saja. Ia tidak hanya datang di Betlehem saja, melainkan dari Betlehem ke Golgota. Lengkaplah sudah karya penyelamatan-Nya yang di akhiri di salib, di bukit Golgota.
Karena itu, Jadilah murid sejati atau pengikut Kristus yang sejati, yakni menyangkal diri, ikut menderita, dan taat melakukan kehendak Bapa (Luk. 9:23-24). Seorang murid sama halnya dengan seorang prajurit yang tidak memusingkan soal-soal kehidupan yang fana ini, namun terus mengikuti arahan, komando, dan perintah sang komandan (2 Tim. 2:4).
Seorang murid Kristus yang sejati itu, kriterianya ia berani kehilangan nyawa, bersedia menderita bagi Kristus, dan hidup seperti Kristus hidup (1 Yoh. 2:6). Ia menempatkan dirinya pada posisi penundukkan diri sepenuhnya pada arahan komandan-Nya dan mengutamakan kehendak Tuhan di atas kehendaknya.
Fokuskanlah diri kita kepada perkara yang tidak fana, bernilai kekekalan. Sebab kelahiran dan kematian Kristus adalah akses menuju kekekalan bila kita percaya dan, bertobat, dan berbuah bagi kemuliaan nama Tuhan.
Baca juga: Bom Di Malam Natal, Kisah Sang Pahlawan Kemanusiaan
Mulianya, kita mendapat mahkota dan memerintah bersama Kristus, bila kita berjuang mencapai kesempurnaan seperti Bapa, melalui menjadi serupa dengan Kristus.
Sebagaimana Kristus mengosongkan diri dan memilih jalan penderitaan dari Betlehem ke Golgota, marilah kita meneladani-Nya dengan rela menderita bagi Kristus, kehilangan nyawa, melepaskan semua hak, dan tunduk penuh kepada pimpinan Kristus sebagai Tuhan, Penguasa Tunggal, dan Raja yang kekal dalam hidup kita.
Jadilah murid Kristus yang sejati dan tuntaskanlah perjalanan imanmu dari Betlehem ke Golgota.
DOA
Bapa sorgawi, terima kasih untuk pengorbanan-Mu atasku yang merelakan Kristus lahir dan mati bagiku, dari Betlehem ke Golgota. Ajarlah aku ya Bapa, tuk menjadi prajurit Kristus Sejati. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan berjudul ini, tanpa seijin penulis)
Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Dari Betlehem ke Golgota, Jadilah Murid Kristus Sejati…” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Gogle+, dll.) Anda. Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.
Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.
Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang dapat meneguhkan iman Saudara!
- 3 CARA MENGALAMI TUNTUNAN TUHAN, PENTING DISIMAK…
- Selfie Ekstrem, Bolehkah Orang Kristen Melakukan Ini?
- 7 FAKTA TENTANG YEHU CUCU NIMSI DALAM ALKITAB
- Ada Tuhan di Balik Persoalan, Carilah Wajah-Nya…
- Menjaga Status Iman, Ini yang Seharusnya Kita Lakukan…
- 7 FAKTA TENTANG YAKOBUS ANAK ZEBEDEUS, PENTING DISIMAK…
- Tuhan Tidak Tidur! Gubahan Lagu Doa untuk Ahok…
Bagikan Sekarang:
Related Posts
-
Resolusi yang Tinggi Bernilai Kekekalan, Milikilah!
Tidak ada komentar | Jan 1, 2020
-
Melangkah Pasti dalam Ketidakpastian Hidup di Depan Kita
Tidak ada komentar | Des 30, 2019
-
10 Ayat Alkitab Terobosan Rohani yang Perlu Direalisasikan
1 Komentar | Feb 2, 2019
-
3 CARA MENGALAMI TUNTUNAN TUHAN, PENTING DISIMAK…
Tidak ada komentar | Des 23, 2016
About The Author
julian JT.
Lulusan S1 Teologi di STT Lintas Budaya Jakarta. Berkarya dalam tulisan renungan Kristen, pengkhotbah, web content, dan pengajar. Quote: "Fokus hidup orang percaya sejatinya ialah menjadi serupa dengan Kristus."