Dari Nazaret sampai Golgota, Ikutilah Jejak Tuhan Yesus
|Fokus Hidup – “Mengikut jejak Tuhan Yesus dari Nazaret ke Golgota adalah mutlak bagi orang percaya. Benarkah? Mengapa kita harus mengikut jejak-Nya? Dan, bagaimana caranya? Simak dengan seksama artikel yang berjudul Dari Nazaret Sampai Golgota, Ikutlah Jejak-Nya! Ini.’
Perjalanan rohani seseorang tidaklah semulus jalan tol dan secepat kereta MRT. Pastinya ada lika-liku atau proses yang panjang. Sebab, dalam mencapai level kerohanian tertinggi, yakni sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus, seseorang harus berjuang hidup berkenan di hadapan Tuhan.
Jika kekristenan tanpa perjuangan, maka takkan ada para pejuang iman sejak gereja berdiri pada abad pertama. Sejatinya orang Kristen itu ialah harus seperti Yesus atau mengikut jejak Tuhan Yesus dari Nazaret ke Golgota.
Seperti apa jejak Tuhan Yesus itu? Tentu dalam menjelaskan hal ini, kita perlu memahami pengorbanan Kristus secara utuh.
Baca juga: Masuk Dalam Rencana Tuhan, Inilah Saatnya…
Pertama kali Tuhan Yesus menyangkal diri ialah diawali Ia turun ke bumi (mengosongkan diri-Nya), menjadi manusia, di mana Ia rela melepaskan kemuliaan-Nya. Alkitab memberikan kesaksian bahwa Kristus mengosongkan diri-Nya (kenosis). Ia melepaskan singgasana, kemuliaan, kehormatan, dan kekekalan, hanya untuk turun ke bumi menjadi Anak Manusia.
Tuhan Yesus seperti “dimatikan” diri-Nya sebagai Allah dan lahir sebagai manusia yang terbatas. Dan setelah Tuhan Yesus berusia dewasa, Ia memulai pelayanan-Nya dari Nazaret.
Ini suatu perbuatan kasih yang besar dari Allah. Bapa harus merelakan Anak yang dikasihi-Nya menjadi manusia untuk mengalami penderitaan berat. Ia dianiaya, menderita, sengsara, dan dibunuh, hanya untuk menyelamatkan manusia yang telah berdosa.
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (Yesaya 53:3-7)
Dosa kitalah yang ditanggung-Nya, sebab seharusnya kitalah yang menerima hukuman tersebut. Namun Ia rela mati dan turun ke dunia orang mati, menanggung maut. Dia mati untuk seluruh umat manusia di segala zaman, tidak terkecuali, termasuk kita.
Sebelum terjun ke “lapangan” pelayanan, Ia mempersiapkan diri-Nya dengan penyangkalan diri yang sempurna. Terbukti, di padang gurun Ia dicobai oleh Iblis, Ia tak bergeming dan tetap taat kepada Bapa. Ia tidak terpancing dengan bujuk rayu Iblis. Ia tetapkan hati-Nya untuk melakukan kehendak Bapa.
Mengapa Iblis membawa Tuhan Yesus ke padang gurun dan mencobai Dia? Apakah Ia tidak tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan utusan Bapa?
Baca juga: Agar Masuk dalam Rencana Tuhan, Inilah Caranya…
Iblis tahu betul siapa yang dicobainya. Namun ia berani mencobai Yesus, karena ada kemungkinan Tuhan Yesus bisa jatuh dalam dosa ketidaktaatan dan menerima tawarannya untuk memerintah dunia. Dengan begitu, manusia tidak akan beroleh kesempatan keselamatan, sama seperti dirinya yang tidak ada lagi kesempatan, sedangkan hukuman kekal menantinya.
Setelah melewati pencobaan dengan hati teguh dan taat kepada Bapa, Tuhan Yesus memberitakan keselamatan yang sedang Ia kerjakan disertai dengan kuasa mujizat. Kristus sang pembuat mujizat, diujung perjalanan-Nya, Ia harus mati.
Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi mereka yang ada di sekitar penyaliban yang belum mengenal kasih-Nya. Jika Ia pembuat mujizat, tetapi mengapa Ia mati? Tidak bisakah Ia menyelamatkan diri-Nya?
Sebenarnya tujuan mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus, bukanlah untuk gagah-gagahan memamerkan bahwa diri-Nya adalah Tuhan dan Raja yang diutus Bapa yang kekal. Tetapi untuk menggenapi nubuatan dalam Yesaya 61:1-3.
Jadi, mujizat adalah sarana bagi seseorang (Yahudi) yang menantikan Mesias. Mereka yang merespon, akan mengenal Yesus sebagai Mesias dan mengikuti jejak-Nya. Dan, orang-orang yang dipanggil dan dipilih Tuhan Yesus bukan semata agar mengalami mujizat setiap hari, melainkan mengikuti jejak-Nya, dari Nazaret ke Golgota.
Baca juga: Berjalan dalam Rencana Tuhan (2 Petrus 1:3-11)
Selama pelayanan di bumi, tidak ada waktu bagi Tuhan Yesus untuk melakukan kepentingan-Nya atau kehendak-Nya, melainkan kepentingan Bapa saja yang menjadi satu-satunya kepentingan-Nya dalam hidupnya.
Terbukti, semasa Ia memulai perjalanan pelayanan-Nya dari Nazaret sampai Golgota, Ia hanya berfokus menyenangkan hati Bapa dan melakukan kehendak Bapa saja. Bahkan taat sampai mati di atas kayu salib, Tuhan Yesus tetap taat.
Kala itu, banyak orang mencibirnya. Tentu, bukan hanya fisik-Nya saja yang tersakiti, juga batin-Nya mungkin sakit karena hinaan, cercaan, dan makian, tetapi Tuhan Yesus tetap taat kepada Bapa. Bahkan diakhirnya, Tuhan Yesus merasa seolah-olah Ia ditinggalkan.
Namun, Kristus mengakhiri perjalanan-Nya dari Nazaret ke Golgota dengan baik dan berakhir dengan kemenangan, Bapa pun memuliakan Dia dan menganugerahi nama di atas segala nama. Tidak ada Nama lain yang berkuasa di kolong langit ini, selain nama Yesus.
Jejak Tuhan Yesus sejak dari Nazaret ke Golgota sangatlah membekas, karena selain terbukti secara fisik perjalanan pelayanan-Nya di Yerusalem, juga sudah tercatat dalam Alkitab berabad-abad lamanya. Dan orang Kristen sejati, sejak awal Gereja Mula-Mula, mereka mengikut jejak-Nya.
Baca juga: Inisiatif Merespons Panggilan Tuhan
Mengikut jejak Tuhan Yesus, tidak hanya diperuntukkan kepada gereja mula-mula, tetapi juga bagi seluruh orang Kristen di segala penjuru dan segala zaman. Karena itu, tujuan kita mengikut Tuhan harus hanya ada agenda menjadi seperti Yesus, bukan agar diberkati, sukses, dan mengalami mujizat.
Mereka yang merespon anugerah-Nya, dipilih-Nya untuk menjadi pewaris atau anak-Nya dan menjadi rekan kerja-Nya dalam memberitakan kasih-Nya dan bersaksi atau menjadi berkat bagi sesama.
Sebab itu, orang percaya tidak bisa berdiam diri dan menunggu saja, melainkan harus move atau bergerak mengejar panggilan dan hidup bagi-NYa. Iman kita tidak sebatas pengakuan, melainkan disertai dengan perjuangan sebagai anak Tuhan sejati.
Apa yang diperjuangkan dalam hidup orang Kristen? Yakni, harus berjuang mengikut jejak Tuhan dari Nazaret sampai Golgota. Tetapi bukan berarti kita ke Nazaret dan berjalan ke Golgota, tetapi dengan mengikuti cara hidup Tuhan Yesus, tuntunan-Nya, dan kehendak-Nya.
Disebut beriman itu bukanlah mereka yang sukses jasmani, mengalami mujizat setiap hari, berbahasa roh, dsb-nya, melainkan ialah mereka yang mengikut jejak Tuhan Yesus. Yakni, mereka yang berjuang seperti Yesus, merekalah orang-orang beriman.
Inilah jejak yang harus kita ikuti, yakni kita harus menanggalkan kepentingan kita dan satu-satunya yang utama adalah kepentingan Bapa. Belajar rendah hati, menyangkal diri, hidup berkenan kepada Bapa, penuh kasih, pikul salib, dan taat sampai mati.
Jejak Tuhan Yesus ini, harus kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan sama seperti Yesus seolah-olah Bapa tidak menolong dan meninggalkan Dia, kita akan mengalami hal serupa bahwa Tuhan seolah-olah tidak ada, berdiam diri, dan tidak menolong.
Namun dalam keadaan seperti itu, janganlah kita mengharapkan mujizat-Nya, tetapi biarlah Tuhan mengikis atau membentuk kita lewat persoalan. Sehingga kita berubah menjadi manusia baru yang berkenan di hadapan Bapa, berkarakter Kristus, dan menjadi berkat bagi sesama.
Dapat dimengerti, mengapa Bapa seolah-olah diam dan tidak menolong Tuhan Yesus sewaktu di kayu salib. Yakni agar Tuhan Yesus dapat menebus dosa manusia, menjadi berkat bagi manusia di bumi, dan menjadi Juruselamat.
Baca juga: Fokus Hidup Orang Percaya; Bangunlah Kerohanian Anda…
Kita pun demikian, bila seolah-olah Tuhan diam, tetaplah hidup berkenan di hadapan, berubahlah, dan kembangkan karakter Kristus di dalam hidup kita sehari-hari. Maka, kita akan terbit menjadi berkat dan mewarnai dunia dengan kasih Kristus.
Ikutilah jejak-Nya sampai tuntas atau hingga akhir hidup kita. Jangan hanya di Nazaret saja; jangan hanya sewaktu terjadi mujizat, jangan hanya sewaktu diberkati. Tetapi sangkal diri, pikul salib, dan ikut Dia hingga Golgota.
Bersedialah menderita bagi Dia, dengan mengikut jejak-Nya dari Nazaret sampai Golgota.
Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Kristen Sejati Ialah Mati Sebelum Mati! Bersediakah Anda?” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.
Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.
Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.
Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!
- Kristen Sejati Ialah Mati Sebelum Mati! Bersediakah Anda?
- Menggugat Penyaliban Kristus? Hargailah Kasih-Nya…
- 7 MAKNA KEMATIAN KRISTUS BAGI UMAT MANUSIA
- Tuhan Yesus Datang untuk Melayani! Teladanilah Kristus…
- Kronologis Kebangkitan Tuhan Yesus, Penting Disimak
- 7 FAKTA TUHAN YESUS MATI PADA HARI JUMAT