Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Hidup yang Berserah Kepada Tuhan, Ini Gambarannya…


Fokus Hidup – “Hidup yang berserah kepada Tuhan, bukan berarti berdiam saja atau pasrah melainkan ada aksi atau tindakan yang disertai dengan pengharapan di dalamnya. Simak renungan ini.”

 

Bacaan Nats: 1 Samuel 1:1-20
Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;
dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya 
tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. (ayat 12-13)

Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari 
pada mabukmu." (ayat 14)

Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun 
minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. (ayat 15)

Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku 
berbicara demikian lama." (ayat 16)

Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta 
dari pada-Nya." (ayat 17)

Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu." Lalu 
keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi. (ayat 18)

Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian 
pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat 
kepadanya. (ayat 19)

Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu 
Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN." (ayat 20)
(1 Samuel 1:12-20)


Keputusasaan dan kekecewaan merupakan penghalang iman untuk memiliki pengharapan yang pasti. Hal tersebut, salah satunya disebabkan oleh persoalan hidup. Coba bayangkan jika kita mengalami persoalan silih berganti. Apa yang harus kita lakukan?

Tentunya, yang harus kita lakukan adalah berserah kepada Tuhan. Namun kenyataannya banyak orang, ketika menghadapi persoalan, mereka bergantung kepada kekuatannya atau kepada manusia. Ketika masalah tidak kunjung selesai, atau tidak ada satu orang pun menolongnya, ia pun putus asa dan kecewa. Bahkan, mempersalahkan Tuhan.

Karakter, sifat, atau kebiasaan seperti ini seharusnya tidak boleh dimliki oleh orang percaya, sebab Tuhan berdaulat penuh atas hidup kita dan Dia-lah pemegang kendali hidup kita. Semua persoalan yang kita alami, sebenarnya merupakan proses atau pembentukan Tuhan, untuk kita dapat menemukan kehendak dan rencana-Nya dalam hidup ini.

Mungkin kita perlu belajar dari seorang Ibu dalam kisah berikut ini yang tetap setia kepada Tuhan meski nyawanya berada di ujung tanduk, atau sewaktu-waktu penyakitnya dapat merenggut hidupnya.

Ada seorang ibu yang sedang mengalami sakit kanker ovarium yang tidak bisa disembuhkan lagi, ia hanya bisa menunggu pertolongan Tuhan saja. Namun, ia tak berputus asa dan tetap semangat.

Setelah ia mengikuti pengobatan kemotherapi ketiga kalinya, para Dokter akhirnya menghentikannya karena akan lebih membahayakan fisiknya apabila dilanjutkan dan menyatakan penyakitnya tidak bisa disembuhkan lagi.

Selanjutnya, ia hanya bisa melakukan operasi menyedot cairan ditubuhnya apabila perutnya sudah membengkak (asites). Apa yang dialami oleh ibu ini, tentu sangatlah pilu dan menyedihkan, namun justru disinilah imannya terlihat.

Ada harapan hidup yang dimilikinya sehingga ia berkata, jika Tuhan menghendaki sembuh maka mujizat kesembuhan terjadi, jika tidak, maka Tuhan yang akan memberikan kemampuan bagi dirinya untuk menghadapinya.

Ini gambaran jelas mengenai hidup berserah kepada Tuhan, yakni apapun yang terjadi, kesetiaan yang menjadi prinsip dasar orang percaya dalam mengikut Tuhan.

Di dalam Alkitab, ada seorang Ibu yang mengalami tekanan berat karena Tuhan menutup kandungannya. Walau suaminya menyayanginya, ternyata hal itu bukanlah suatu kebahagiaan baginya. Apalagi, madunya yaitu Penina selalu menyakiti hatinya.

Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh Hana, sehingga ia pun menangis dan tidak mau makan. Namun, langkah yang tepat dilakukan oleh Hana ialah dia memilih untuk berserah kepada Tuhan dan berseru kepadaNya.

Demikian juga Abraham yang berserah kepada Tuhan. Ketika menyuruhnya untuk keluar dari tanah kelahirannya dan menuju ke tanah yang dijanjikan Tuhan kepadanya, ia pun taat. Bahkan, ia harus menunggu 25 tahun penggenapan janji Tuhan yang akan memberikan keturunan kepadanya melalui Sara.

“Hidup yang berserah kepada Tuhan, bukan berarti berdiam saja atau pasrah, melainkan ada aksi atau tindakan yang disertai dengan pengharapan di dalamnya. Ia akan menanti-nantikan pertolongan dari Tuhan sesuai dengan waktu, cara, dan rencana Tuhan.”

Bahkan, jika Tuhan pun seolah-olah tidak menghiraukannya, hal itu tidak akan membuat pengharapannya pupus, melainkan ia akan tetap berserah kepada Tuhan. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan tepat pada waktunya, namun Tuhan juga tahu apa yang terbaik bagi kita.

Apabila kita telah berseru kepada-Nya, tetapi tanpa ada jawaban, tetaplah berserah kepada-Nya. Hidup yang berserah kepada Tuhan akan melihat kemuliaan-Nya dinyatakan atasnya.

DOA
Bapa sorgawi, mampukan aku untuk melihat rencana-Mu di setiap persoalan yang kuhadapi, sehingga aku tetap berserah kepada-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Hidup yang Berserah” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.

Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

Tanggapan Anda:

error: