Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Kepulangan Yang Tidak Diharapkan

Fokus Hidup – “Seorang veteran yang ingin pulang ke rumahnya tetapi ia merasa kepulangannya tidak diharapkan lagi. Mengapa? Apa yang ia lakukan dengan perasaannya yang merasa tertolak? Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang minder dan merasa tidak berharga? Simak kisah yang mengharukan ini yang berjudul Kepulangan yang Tidak Diharapkan.

 

Bacaan ayat: Matius 25:35-40
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi 
Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (ayat 35)

ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat 
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (ayat 36)

Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah 
kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami 
memberi Engkau minum? (ayat 37)

Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau 
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (ayat 38)

Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi 
Engkau? (ayat 39)

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala 
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling 
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (ayat 40)

 

Seorang tentara AS yang diutus ke Vietnam dan menjadi korban perang, ingin pulang kembali ke rumahnya. Tetapi ia berkecil hati, karena beranggapan kepulangan yang tidak diharapkan atau kepulangan dirinya tidak diharapkan lagi oleh keluarganya.

Baca juga: Menggunakan Kesempatan dengan Benar

Setelah sekian lama ia hidup di Vietnam dan menutup diri dengan keluarganya, suatu hari ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya, meski merasa kepulangan dirinya ialah kepulangan yang tidak diharapkan oleh kedua orang tuanya, karena keadaan fisiknya.

Ia pun mengirimkan telegram kepada ibunya perihal kepulangannya itu. Sang Ibu sangat gembira ketika menerima telegram yang tercantum bahwa anaknya akan pulang besok. Betapa tidak, anaknya semata wayang yang telah menghilang selama empat tahun dan dikira telah gugur di medan perang, ternyata masih hidup.

Keesokan harinya sang Ibu mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan anaknya itu. Seluruh anggota keluarga, sahabat, dan rekan bisnis suaminya pun diundang.

Setibanya di airport kota kelahirannya, pria itu menelpon ibunya untuk memberitahukan keberadaannya dan bahwa ia bermaksud mengajak sahabatnya. “Bu, saya sudah tiba di bandara, bolehkah saya membawa sahabat baik saya? Tetapi ia seorang yang cacat karena korban perang,” ujarnya.

“Boleh, tapi bagian mana yang cacat?” jawab ibunya serasa keberatan dengan kehadiran temannya di rumahnya. Di telpon itu, ia pun menyebutkan bahwa sahabatnya kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya.

Baca juga: Mencintai Walau Harus Terluka, Ini Bukti Kasih

Ibunya pun melanjutkan perkataannya. “Oh tidak apa-apa nak, asalkan tidak lama ia tinggal di rumah kita,” sebut ibunya.

“Tetapi wajah dan kulitnya rusak, karena sebagian besar tubuhnya hangus terbakar akibat menginjak ranjau,” ujarnya.

Kalau begitu, lain kali saja kawanmu itu datang ke rumah kita, untuk saat ini suruh dia tinggal di hotel saja, nanti ibu yang bayar biayanya,” jawab Ibunya ditelpon.

“Coba pikirkan nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat ternama dan nanti akan ada banyak tamu yang datang, apa kata mereka jika melihat seseorang dengan tubuh yang cacat dan wajah yang rusak? Itu akan menurunkan martabat kita, bahkan dapat merusak citra bisnis usaha dari ayahmu nanti.” lanjut ibunya.

Tiba-tiba pemuda itu langsung menutup teleponnya dan pikir ibunya, anaknya itu langsung menuju ke rumahnya.

Baca juga: Ketaatan Menghancurkan Tembok Penghalang Iman

Di hari itu, kedua orang tuanya dan para tamu undangan menunggu hingga jauh malam, namun ternyata pemuda itu tak kunjung datang. Kira-kira subuh atau hari menjelang pagi, sang ibu dihubungi pihak rumah sakit untuk segera ke rumah sakit itu, karena harus mengidentifikasi seorang mayat yang bunuh diri.

Betapa kagetnya sang ibu, melihat tubuh kaku di atas ranjang rumah sakit tak bernyawa dan sosoknya sangat tidak asing baginya, ia begitu mengenalinya. Mayat tanpa kaki dan lengan, bahkan kulit dan wajahnya agak rusak itu, rupanya adalah anaknya.

Ternyata orang yang cacat itu bukanlah sahabat anaknya melainkan putranya yang sangat dirindukannya selama ini.

Sang Ibu tidak mengetahui bahwa anaknya itu yang mengalami cacat fisik, dan karena mementingkan derajatnya ia menolak kehadiran sahabat anaknya yang adalah anaknya sendiri.

Dan yang disayangkan, karena merasa kepulangan dirinya ialah kepulangan yang tidak diharapkan oleh orang tuanya, akhirnya ia memilih mengakhiri hidupnya daripada bertemu dengan orang-orang yang dicintainya.

Waktu tak bisa diputar ulang! Di sekitar kita, ada banyak orang yang merasa tidak berarti dan terhina karena keterbatasannya. Padahal mereka membutuhkan perhatian, kasih, dan kepedulian kita. Apakah kita lebih mempertahankan status, derajat, atau gengsi kita?

Baca juga: Died For 20 Minutes, Kisah Zack Clements

Ataukah kita mau memiliki kasih Kristus yang mengasihi semua orang, termasuk kaum papa, cacat dan tidak berdaya?

Semua orang berharga di mata Tuhan, karena itulah Bapa merelakan Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus untuk mati bagi kita dan kita pun beroleh kesempatan kembali kepada-Nya, menghampiri kekudusan-Nya.

Dalam Roma 5:6-8, berbunyi “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar– tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Jelaslah, manusia berharga di mata-Nya, seharga nyawa Kristus.

Akan tetapi, ada banyak orang yang merasa dirinya tidak berharga, seperti halnya kisah di atas, di mana mantan tentara itu merasa kepulangan yang tidak diharapkan oleh orang tuanya terhadap dirinya. Padahal semua orang berharga di mata-Nya dan Tuhan mau memberikan kehidupan kekal baginya.

Tentu saja, keselamatan atau hidup kekal itu diperoleh dengan respon iman disertai hidup takut akan Tuhan. Namun, bagaimana kaum yang lemah ini, yang merasa tidak berarti dan berharga bisa merespons kasih Tuhan, bila tidak ada yang memperlihatkan kasih Tuhan dalam kehidupan mereka?

Ada banyak orang merasa kehadirannya tidak diharapkan, terbuang, terhina, atau bahkan hidupnya tidak berarti. Bersediakah kita memancarkan kasih Tuhan kepada mereka?

Janganlah kita egois, gengsi, dan mempertahankan status kita, tetapi turunlah ke bawah dan lihat kaum yang lemah ini, yang membutuhkan kepedulian dan kasih sayang. Jadilah saksi-Nya dan pancarkanlah kasih Kristus agar ada banyak orang mengecap harumnya kasih Tuhan melalui hidup kita.

 

DOA
Bapa di Sorga, ajarku untuk dapat menerima keterbatasan diri sendiri dan mampu untuk berbagi kasih dengan sesama. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Kepulangan yang Tidak Diharapkan” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.

Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!

Tanggapan Anda:

error: