Lakukanlah Segala Sesuatu untuk Tuhan
|Fokus Hidup – “Hidup ini adalah untuk Tuhan. Benarkah? Jika hidup ini untuk Tuhan, bagaimanakah seseorang dapat menjalani hidup ini dengan benar sehingga berkenan bagi Tuhan? Simak artikel berjudul Lakukanlah segala sesuatu untuk Tuhan ini.”
Bacaan Nats: 1 Korintus 10:31; Filipi 1:20-22 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor. 10:31) Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. (ay. 20) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (ay. 21) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu (ay. 2) (FFilipi 1:20-22)
Kehidupan yang singkat di dunia ini haruslah kita mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan religius. Terutama adalah perkara-perkara rohani, sebab upah atas kesetiaan kita dalam mempertahankan iman kita sebagai orang percaya adalah bernilai kekekalan.
Dan selagi kita hidup di dunia ini, kita juga perlu berjuang, bukan hanya untuk bertahan hidup, melainkan juga mencapai kesuksesan sesuai dengan impian kita.
Baca juga: Anne Rice: I Am Second
Tidak ada yang salah dengan kesuksesan, tidak ada yang salah dengan kekayaan, yang salah adalah bila kita menyalahgunakan hal itu, yakni untuk kepentingan diri kita sendiri. Sebaliknya, kesuksesan, pencapaian, jabatan, dan harta yang kita peroleh dengan kerja keras sudah seharusnya kita pergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan.
Artinya apapun yang kita lakukan itu, untuk kemuliaan-Nya, segala sesuatu untuk Tuhan.
Sebagian orang terlupa dengan keberadaan mereka di dunia ini yang adalah diciptakan oleh Tuhan untuk tujuan yang mulia. Berbagi dengan sesama, peduli lingkungan, dan memerhatikan sesama merupakan sebagian dari wujud kasih yang nyata. Namun pengertian kasih melebihi dari itu (1 Kor 13:4-8).
Gambaran kasih yang nyata dan sempurna dapat dilihat dari pengorbanan Kristus, di mana Ia bersedia menjadikan diriNya sebagai korban Anak Domba. Kita yang tidak layak menjadi layak dan berkenan di hadapanNya, sebab kita beroleh anugerah melalui karya penebusanNya di atas kayu salib.
Dengan kata lain, pengorbananNya itu, mengembalikan kita kepada “rancanganNya yang semula”. Di mana awalnya manusia diciptakan spesial menurut gambar dan rupaNya dengan tujuan yang mulia.
Bahkan yang teristimewa adalah Tuhan memberikan wewenang dan kuasa bagi kita dalam kehidupan kekal untuk memerintah bersama Kristus yang adalah Raja yang kekal.
Namun semuanya itu ditentukan dari pemanfaatan waktu yang baik untuk Kristus, dibarengi dengan implementasi kasih Kristus bagi dunia, selagi kita hidup di dalam dunia ini.
Paulus mengatakan kepada jemaat Korintus melalui suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, yakni jika makan atau jika minum, atau melakukan sesuatu yang lain, maka lakukan untuk kemulian Tuhan atau lakukanlah segala sesuatu untuk Tuhan.
Dengan kata lain, produktivitas maupun seluruh aktivitas yang kita lakukan seharusnya bertujuan nama Tuhan dipermuliakan atau untuk kemuliaan Tuhan.
Jadi, tidak ada larangan seseorang berjuang meraih impiannya untuk mencapai kesuksesan atau keinginan apapun yang ingin ia raih, asalkan tidak bertentangan dengan Alkitab dan motivasi yang ia lakukan seharusnya untuk kemuliaan Tuhan.
Baca juga: Siap Menghadapi Kematian
Oleh karena itu, matikanlah segala keegoisan dan kepentingan diri sendiri.
Selanjutnya, perbaharuilah komitmen dan kesetiaan kita, sehingga kita tidak terikat dengan percintaan dunia ini dan kesuksesan kita hanya dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Dan jangan lupa, tebarkanlah pesona kasih-Nya di sekitar kita melalui perbuatan kasih kita.
Kata Bijak:
“Hidup ini singkat. Lakukanlah segala karya, aktivitas, dan produktivitas Anda Untuk kemulian Tuhan.”
“Bila berkomitmen hidup bagi Kristus dan tetap setia, maka akhirnya, segala karya kita pun memuliakan Tuhan.”
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)