Mengasihi Tanpa Pamrih (1 Yohanes 4:9-12)
|Fokus Hidup – “Kasih Tuhan itu tanpa pamrih atau tanpa menuntut balas. Benarkah? Seperti apa kasih Tuhan Yesus yang tanpa pamrih? Mengapa kita harus mengasihi tanpa pamrih? Simak renungan berjudul Mengasihi tanpa Pamrih (1 Yohanes 4:9-12) ini.”
Bacaan ayat: 1 Yohanes 4:9-12 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. (ayat 9) Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. (ayat 10) Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. (ayat 11) Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. (ayat 12)
Betapa kuatnya kekuatan kasih, the power of love, hingga menggerakkan Allah yang Maha Kudus, Maha Dahsyat, tidak terbatas, penuh kemuliaan, sehingga Ia turun menjadi manusia yang terbatas, memiliki kelemahan, perasaan, bahkan Ia mati di atas kayu salib.
Tergantung antara bumi dan langit, dihina, ditertawakan, bahkan dianiaya dengan sangat hingga disalibkan, sebetulnya hanya untuk kita manusia yang hina dan tidak layak di hadapan Tuhan.
Baca juga: Mengasihi Tanpa Pandang Waktu (Ratapan 3:22-23)
Betapa Ia sangat mengasihi kita! Yesus sebagai Anak tunggal Allah telah membuktikan kasih, kesetiaan dan ketaatan dalam melaksanakan misi agung Allah. Karya Tuhan dalam menyelamatkan umat manusia ini, merupakan bukti nyata akan kasih-Nya yang besar, dalam, luas, dan tidak terukur.
Sebagaimana disebutkan dalam Yohanes 3:16-17, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
Bapa mengutus Tuhan Yesus ke dunia, dibaliknya memiliki maksud yang mulia, di mana Ia datang pada 2000 tahun yang lalu, bukan untuk menghakimi dunia, tetapi menyelamatkannya. Barangsiapa yang percaya dan hidup sesuai dengan kehendak Bapa, beroleh keselamatan.
Baca juga: Mencintai Walau Harus Terluka, Ini Bukti Kasih
Tuhan Yesus telah melakukan kehendak dan memuaskan hati Bapa dengan penuh kerelaan dan penuh kasih. Yesus tidak terpaksa menyerahkan nyawa-Nya, melainkan dengan rela disertai penuh ketaatan kepada Bapa di sorga. Kedatangan Kristus yang pertama ini tujuannya adalah menyelamatkan umat manusia dari dosa dan hukuman kekal.
“Kasih Yesus dinyatakan tidak hanya terlihat dalam ketaatan-Nya pada perintah Bapa-Nya, tetapi juga telah dibuktikan melalui memberikan nyawa-Nya bagi kepentingan penyelamatan umat manusia dari hukuman kekal. Kristus mengasihi tanpa pamrih.”
Melalui ketaatan-Nya, Tuhan Yesus membuktikan bahwa kasih-Nya adalah kasih tanpa pamrih bagi semua orang, tanpa menuntut balasan apa pun dan melakukan dengan tulus apa yang dikehendaki Bapa untuk ditaati-Nya. Bahkan, Ia rela menderita, dihina, disesah, dan taat sampai mati di atas kayu salib.
Bukti nyata dari kasih Yesus yang tulus dan tanpa pamrih, yaitu saat Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi umat manusia. Pertama, Tuhan Yesus menanggalkan hak-Nya sebagai Pencipta yang Maha Kuasa menjadi manusia yang terbatas dengan mengosongkan diri-Nya (Flp. 2:8).
Baca juga: Mengasihi Tanpa Pandang Muka (Yohanes 8:1-11)
Ia menanggalkan ke-Allahan-Nya, dan mengambil rupa sebagai Anak Manusia yang terbatas, sebab menjadi layaknya manusia yang merasa haus dan lapar, merasa kelelahan dan butuh istirahat, dan dibatasi oleh fisik jasmani. Ia merasakan apa yang dirasakan oleh manusia biasa.
Kedua, Tuhan Yesus menanggalkan kemuliaan-Nya sebagai Raja alam semesta, yang memerintah (berkuasa, penguasa penuh) menjadi pelayan atau hamba (Mrk. 10:43-45). Tempat-Nya di singgasana sorga, ditanggalkannya demi tujuan untuk menebus dosa manusia. Ia datang sebagai hamba, itulah sebabnya Bapa kemudian meninggikan-Nya.
Ketiga, Tuhan Yesus menanggalkan kekayaan-Nya sebagai Pemilik alam semesta, namun Yesus rela meninggalkan semuanya (Flp. 2:5-8). Ia rela menjadi miskin karena kita. Ia tidak lahir di tempat istimewa atau istana yang megah, namun Ia lahir di kandang domba yang hina.
Baca juga: Mengasihi Tuhan Tanpa Syarat! Buktikan Iman Saudara
Dengan begitu, para gembala pun yang merupakan status sosial terendah di kalangan orang Yahudi, dapat datang menemui Bayi Yesus dan menyembah-Nya. Kini, semua orang bisa datang kepada-Nya dan berseru langsung kepada-Nya.
Terbelahnya tirai di Bait Allah antara Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus adalah bukti bahwa semua orang bisa datang langsung kepada-Nya. Tidak lagi melalui Imam Besar Yahudi yang mendamaikan antara Allah dengan manusia, sebab Kristus telah menjadi Imam Besar Agung selama-lamanya. Dialah korban Anak Domba yang tak bercela, yang menebus dosa umat manusia.
Keempat, Tuhan Yesus menanggalkan nyawa-Nya. Pengorbanan-Nya di atas kayu salib dibangun atas dasar kasih (Yoh. 3:16). Inilah ketulusan sebuah kasih yang rela berkorban tanpa pamrih.
Baca juga: Mengasihi dengan Kasih Kristus (Efeses 5:2)
Kasih kita cenderung mengharapkan balasan, namun kiranya kita mau terus belajar untuk memiliki kasih Kristus.
Sebagaimana Allah mengasihi kita, maka sudah seharusnya kita pun saling mengasihi. Dalam mempraktekkan kasih itu, hendaknya kita meneladani kasih Kristus dalam setiap kehidupan kita.
Ketika kita melakukan segala sesuatu, marilah kita melakukannya dengan kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasannya (tanpa pamrih). Karena jika kita saling mengasihi, Allah akan tetap tinggal dalam hati kita, dan kasih-Nya makin sempurna di dalam kita.
Berbuatlah kebaikan dimanapun kita berada tanpa menuntut balas sebagaimana Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita. Kita adalah milik Kristus dan agar dunia mengetahui bahwa Kristus tinggal di dalam kita, maka teladanilah Kristus, termasuk mengasihi tanpa pamrih. Janganlah jemu-jemu berbuat baik dan kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Bapa, mampukan aku untuk terus berjalan di dalam kehendak-Mu dan meraih sukses bersama Engkau. Ku rindu memuliakan-Mu selalu Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)
Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Mengasihi Tanpa Pamrih (1 Yohanes 4:9-12)” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.
Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.
Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.
Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!