Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Mengasihi Tanpa Syarat (Yohanes 21:15-17)

Fokus Hidup – “Seperti apa kasih Yesus yang tanpa syarat? Mengapa kita harus mengasihi tanpa syarat? Simak renungan berjudul Mengasihi tanpa Syarat (Yohanes 21:15-17) ini.”

 

Bacaan ayat: Yohanes 21:15-17
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku 
lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi 
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (ayat 15)

Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." 
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (ayat 16)

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 
Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" 
Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi 
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (ayat 17)

 

Salah satu bukti bahwa kasih Allah adalah kasih yang sempurna ialah Ia mengasihi tanpa syarat.

Kisah yang menarik sebelum Yesus naik ke sorga, salah satunya terjadi dialog antara Yesus dengan Petrus. Ia bertanya kepada Petrus sebanyak tiga kali. Dan bila kita melihat dalam teks bahasa asli, maka akan tampak makna atau pengertian yang dalam dan tepat dibanding dibaca dalam Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru.

Pertanyaan Tuhan Yesus yang pertama ialah “Sesudah sarapan Yesus berkata: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) …?’ Jawab Petrus kepada-Nya, ‘… aku   mengasihi  (phileo)  Engkau’ …”  (ay. 15).

Baca juga: Mengasihi Tanpa Pamrih (1 Yohanes 4:9-12)

Dalam nats ini, pertanyaan Tuhan Yesus yang pertama ini, dalam bahasa Yunani menggunakan kata agape, namun Petrus menjawabnya dengan kata phileo. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan bahwa mengapa Petrus tidak menjawab bahwa Ia mengasihi Tuhan dengan kasih agape seperti pertanyaan Tuhan Yesus, melainkan ia menjawabnya dengan kasih phileo.

Tentu saja Petrus menjawabnya demikian, sebab ia menyadari bahwa ia tidak mampu mengasihi Tuhan dengan agape karena ia pernah menyangkal Yesus pada waktu Ia ditangkap. Ia tahu persis bahwa dirinya saat itu tidak mampu mengasihi Yesus dengan kasih agape.

Tuhan Yesus pun bertanya kembali, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya, “… aku mengasihi (phileo) Engkau” (ay. 16). Pertanyaan Yesus yang kedua kali ini, Tuhan Yesus masih menggunakan kata agape, dan masih dengan jawaban yang sama, Petrus masih menjawab dengan phileo.

Pertanyaan ketiga kembali diajukan Tuhan Yesus dan di sini ada penggunaan kata yang berbeda yang digunakan oleh-Nya. Tuhan Yesus bertanya, menggunakan kata yang berbeda, “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (phileo) Aku?’ Maka sedih hati  Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya …” (ay. 17).

Baca juga: Mengasihi Tanpa Pandang Waktu (Ratapan 3:22-23)

Mengapa pertanyaan Tuhan Yesus ketiga kalinya tidak lagi menggunakan kata agape melainkan phileo? Di sinilah menariknya! Petrus menyadari bahwa ia tidak dapat mengasihi Tuhan dengan kasih yang Tuhan berikan (agape). Kasih yang dimiliki dan yang mampu diberikan Petrus hanyalah sebatas phileo. Ia tahu bahwa dirinya terbatas mengasihi Tuhan Yesus dengan kasih agape, sebab faktanya ia malah menyangkal-Nya.

Petrus tidak lagi garang seperti sebelumnya bahwa dengan yakin ia tidak akan pernah menyangkali imannya, bahkan ia pernah berkata sekalipun ia harus mati, ia tidak akan menyangkali imannya. Ia bersedia mati bagi Tuhan daripada menyangkal-Nya. Faktanya malah sebaliknya!

Perkataan Petrus ini dalam Matius 26:33-35, “Petrus menjawab-Nya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Kata Petrus kepada-Nya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.”

Atas kesadaran inilah, Petrus tidak lagi sepede dulu atau seyakin dahulu bahwa ia berani mati atau mengasihi Tuhan dengan kasih agape, melainkan hanya bisa mengasihi dengan kasih yang terbatas sebatas manusia biasa, phileo. Ia tidak mampu lagi berkata lebih baik mati daripada menyangkali imannya.

Baca juga: Mencintai Walau Harus Terluka, Ini Bukti Kasih

Tetapi pertanyaan ketiga kali ini membuat hati Petrus sedih. Kata sedih hati dalam bahasa Yunani lupeo, yang artinya “berdukacita.” Jadi, Petrus berdukacita atas pertanyaan Tuhan Yesus yang ketiga kalinya menggunakan kata phileo, bukan lagi agape. Ia merasa hatinya “berdukacita” dan haru karena Tuhan Yesus “mau menerima dia apa adanya.”

Meski Petrus tidak bisa mengasihi Tuhan dengan agape, Yesus tetap menerimanya dan mempercayakan tugas mulia kepadanya.

Perasaan Petrus penuh dengan kesedihan kala itu, seperti seseorang yang menyadari bahwa ia telah berdosa di hadapan Tuhan dan ingin mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, namun  ia sadar akan kelemahannya adalah kasihnya hanya sebatas perkataannya saja tidak dalam perbuatannya, dan ia pun mengakui keadaannya dan rindu mengalami bimbingan Tuhan. Sikap ini adalah sikap hati yang mau bertobat sungguh-sungguh dan ikut Tuhan!

Itulah sebabnya Petrus menjawab, Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Jawaban Petrus ini merupakan pengakuan terdalam yang dimiliki Petrus bahwa Tuhan tahu sejauh mana dan sebesar apa ia mengasihi-Nya.

Di sinilah bukti kasih Yesus tanpa syarat atau Yesus mengasihi tanpa syarat, meski Petrus sangat terbatas dan hanya mampu mengasihinya dengan phileo sesuai dengan pengakuannya, namun Yesus tidak menuntut banyak dan menginginkan kejujuran Petrus akan keterbatasannya untuk mengasihi Tuhan.

Tuhan Yesus menerima ia apa adanya (tanpa syarat apa pun), bahkan mempercayakan tugas penggembalaan kepadanya.

Baca juga: Mengasihi Tanpa Pandang Muka (Yohanes 8:1-11)

Namun perlu kita ketahui, setelah Petrus dipenuhi Roh Kudus, ia mampu mengasihi Tuhan dengan agape, sehingga ia dapat mengemban tugas penggembalaan sebagai pemimpin gereja mula-mula dan mati syahid disalibkan terbalik (kepala di bawah).

Sebagai orang percaya seharusnya kita menyadari bahwa Tuhan mengasihi kita secara total dan telah menebus dosa kita, kasih-Nya tanpa syarat. Dia menerima kita apa adanya, seperti halnya kepada Petrus. Ia tidak menuntut Petrus mengasihi-Nya dengan kasih agape, dengan kasih yang terbatas (Philea) pun, Ia tetap menerima Petrus apa adanya.

Begitu juga dengan kita, Ia tidak mengajukan berbagai syarat kepada kita untuk datang kepada-Nya, melainkan Dia hanya meminta kita untuk percaya dengan sungguh dan memberikan hidup kita bagi-Nya, maka Ia akan memakai kita menjadi saksi-Nya dan membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus dalam hal kasih, karakter, ketaatan, dan kesetiaan.

Tetapi perlu disimak di sini adalah sejauh mana respon seseorang kepada Tuhan, sejauh itulah Tuhan membentuk dan memproses dirinya agar semakin berkenan kepada-Nya dan menunaikan tugas yang dipercayakan-Nya hingga akhir.

Meski Petrus sadar ia sangat terbatas dalam mengasihi Tuhan, namun responnya kepada Tuhan adalah ia mau memberikan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, bersedia taat sampai mati, dan bersedia mengemban tugas yang Tuhan percayakan dengan benar. Ia memiliki komitmen yang telah diperbaharui.

Maka, yang menentukan seseorang menjadi berharga, mulia, dan berkenan di hadapan Bapa adalah tergantung kepada responnya kepada Tuhan atau Firman-Nya.

Bila sungguh-sungguh memberikan hidupnya dan taat, maka ia akan melihat kemuliaan Tuhan dan dipermuliakan Tuhan dalam kekekalan. Bila sebaliknya, maka akan menjadi penghuni alam maut. Dan bila responnya biasa-biasa saja, bisa saja ia tidak beroleh keselamatan, atau bila selamat pun, hanya akan menjadi anggota masyarakat di sorga, tidak layak dipermuliakan bersama Kristus.

Baca juga: Mengasihi dengan Kasih Kristus (Efeses 5:2)

Oleh sebab itu, pastikan diri kita merespon dengan benar dan milikilah kasih agape, agar hidup kita menjadi berkat bagi lingkungan dan keluarga dan mengasihi mereka tanpa memberi syarat apa pun. Dengan demikian, nama Tuhan dipermuliakan atas hidup kita.

DOA
Bapa, mampukan aku untuk terus berjalan di dalam kehendak-Mu dan meraih sukses bersama Engkau. Ku rindu memuliakan-Mu selalu Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.Mengasihi Tanpa Syarat

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Mengasihi Tanpa Syarat (Yohanes 21:15-17)” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.

Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!

Tanggapan Anda:

error: