Menjadikan Tuhan Berdaulat; Awal Menjadi Murid Kristus
|Fokus Hidup – Sejauh mana kekecewaan memengaruhi seseorang? Mengapa harus menjadikan Tuhan berdaulat dalam hidup? Mengapa Tuhan ijinkan ketidakadilan dialami orang percaya? Simak renungan berjudul “Menjadikan Tuhan Berdaulat; Awal Menjadi Murid Kristus” ini.
Bacaan Nats: Ayub 1:20-21; Yesaya 45:18-19
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya,
kemudian sujudlah ia dan menyembah, (ay. 20)
katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN
yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (ay. 21)
(Ayub 1:20-21)
Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, -- Dialah Allah --
yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, -- dan Ia
menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami
--: "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain. (ay. 18)
Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak
pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku,
TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus." (ay. 19)
(Yesaya 45:18-19)
Arti berdaulat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah “mempunyai kekuasaan tertinggi atas suatu pemerintahan negara atau daerah.” Meski terkait pembahasan ini ranahnya bukan negara atau suatu wilayah, namun dalam konteks rohani, kitalah yang menjadi suatu wilayah di mana Tuhan “mempunyai kekuasaan tertinggi”. Artinya, kita seharusnya menempatkan Tuhan untuk selalu bertakhta di hati kita.
Menjadikan Tuhan berdaulat dalam kehidupan seseorang merupakan proses yang panjang sampai seseorang melepaskan “haknya”, seperti kisah seorang hamba Tuhan di bawah ini.
Baca juga: Konsistensi Allah dalam Alkitab, Sungguh Menajubkan
Seorang pelayan Tuhan, yang menggembalakan sebuah jemaat di suatu wilayah, baru saja mengalami kekecewaan terhadap sinodenya yang sebelumnya.
Setelah sepuluh tahun seorang pelayan Tuhan ini merintis pelayanan penggembalaan, kini ia hendak melepasnya. Sebab setelah sekian lama bergumul, ia menyadari bahwa ternyata panggilannya bukanlah gembala. Melainkan seorang pengajar untuk mengajar dan melatih para mahasiswa teologi yang bergelut dalam dunia pelayanan.
Pasca keluarnya dari sinode tersebut dan dari gereja tempatnya melayani, ia dirundung rasa kecewa terhadap pimpinan sinodenya. Hal yang membuat dirinya kecewa adalah seluruh aset yang ia miliki selama pelayanan penggembalaan, ditarik semuanya tanpa sisa. Bahkan mobil pemberian koleganya, untuk kepentingan pribadi dan demi kelancaran pelayanan hamba Tuhan tersebut, pun ditarik.
Mirisnya, sinode tidak memberikan apresiasi sedikit pun atas pelayanannya yang sudah berlangsung selama 10 tahun. Padahal ia merintis pelayanan penggembalaan mulai dari nol, tanpa ada bantuan dari sinode setempat. Bahkan dari awal pelayanan, gereja perintisannya belum bergabung di sinode tersebut, nanti setelah separuh perjalanan ia akhirnya bergabung.
Baca juga: Keberadaan Allah yang Tidak Terbatas
Di awal perintisannya, tempat beribadah begitu kecil di sebuah rumah dan sempat di demo oleh warga setempat, namun akhirnya semakin banyak jemaat, hingga bisa menyewa sebuah gedung. Bahkan ia harus merogoh kantong pribadi untuk menambah-nambah biaya operasional gereja, penyediaan alat musik, dsb-nya.
Segala daya, dana, dan doa telah ia lakukan agar pekerjaan Tuhan terus berjalan. Ia juga memilih sembari bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan pelayanannya, juga agar tidak membebankan jemaat. Hingga akhirnya, semua biaya operasional tertutupi, bahkan ada simpanan dan aset gereja untuk keberlangsungan pekerjaan Tuhan tersebut.
Namun kini, semua yang ia miliki dan dapati harus diserahkan kepada sinode setempat tak bersisa.
Tatkala ia protes dengan Tuhan dan mulai menyombongkan keberhasilannya di hadapan Tuhan, bahwa ia telah mengembangkan pelayanan selama 10 tahun adalah kehebatannya. Ia juga menggerutu, kecewa, dan merasa diperlakukan tidak adil. Saat itu ia teringat dengan Kej 1:1 dan merenungkannya.
Kata “Pada mulanya” mengingatkan ia akan kedaulatan Tuhan. Tuhan pencipta, berdaulat atas segalanya termasuk dirinya. Tuhan yang berdaulat atas dirinya!
Jika ia mendapat aset dan kepemilikan selama pelayanan, itu karena kemurahan Tuhan dan Ia berhak mengambil kembali. Akhirnya, kekecewaannya pun terobati. Ia pun legowo dan tidak lagi menuntut hak dari Tuhan, sebab Ia sadar bahwa segala sesuatu dari-Nya dan Tuhan berhak mengambilnya kembali.
Baca juga: Kedaulatan Allah Menguasai Segala-galanya
Musa kemungkinan pernah mengalami hal yang sama, setelah sekian tahun ia membawa bangsa Israel keluar dari mesir, namun akhirnya ia ditolak untuk masuk ke tanah Kanaan (Bil 20:12; Ul 32:51-52).
Bisa saja Musa protes dan kecewa, sebab selama ini ia telah berjuang memimpin bangsa tersebut. Tetapi tentu ia menyadari bahwa Tuhan berdaulat atas hidupnya. Sehingga ia tetap taat dan mengakhiri panggilannya dengan baik. Dan Tuhan menghargai Musa dan mempermuliakannya, tidak ada nabi terbesar di Israel selain Musa (Ul 34:10-12).
Hidup ini tidak seenak apa yang kita bayangkan. Tidak semudah kapal berlayar di lautan tanpa rintangan. Sebab, ada yang bisa membuat kita menjadi kecewa, sakit hati, syak, dan bahkan memperlakuan secara tidak adil. Perlakuan-perlakuan ini dapat kita alami dalam keluarga, pekerjaan, pergaulan, bahkan juga dalam pelayanan.
Akan tetapi, bila kita menyadari hal ini dan merenungkan Firman Tuhan, kita akan menemukan, bahwa segala sesuatu yang kita alami, itu sebagai sarana untuk memunculkan karakter Kristus di dalam hidup kita. Hal itu sebagai sarana untuk mengasah iman kita agar kita semakin serupa dengan Kristus,
Memang menjadi serupa dengan Kristus merupakan suatu proses yang berkepanjangan dan penuh perjuangan. Seseorang harus bersedia menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia sampai akhir. Dan perlakuan-perlakuan yang tidak baik dan tidak adil tersebutlah yang akan mengasah kita semakin tajam secara rohani.
Dengan adanya peritiwa-peristiwa yang menimbulkan kekecewaan, sakit hati, dsb-nya, membuat seseorang mampu menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan. Pengalaman-pengalaman itulah yang akan mengajarkan kita untuk memiliki kasih, mengampuni, dan menjadi berkat bagi sesama. Karena itu, jangan ijinkan kekecewaan bernaung di hati kita dan menggeser Tuhan yang sebelumnya berdaulat di hati kita.
Baca juga: Lakukanlah Segala Sesuatu untuk Tuhan
Kekecewaan merupakan sebuah perasaan yang mampu membuat seseorang trauma, tidak semangat, membenci, bisa sampai kepada dendam. Intinya, kekecewaan dapat melemahkan kerohanian seseorang. Perasaan kecewa ini, tidak hanya dibatasi terhadap keluarga dan sesamanya saja, bisa juga seseorang kecewa kepada Tuhan.
Namun, apapun bentuk kekecewaan seseorang kepada Tuhan, seharusnya ia membuangnya dan tunduk kepada kedaulatan Tuhan. Sebab Tuhan berdaulat atas kehidupan setiap orang, khususnya orang Kristen yang mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan. Apapun yang terjadi, orang percaya seharusnya tetap setia dan berserah kepada kedaulatan Tuhan. Orientasi atau tujuannya biar kehendak Tuhanlah yang jadi atas hidupnya.
Memang Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, termasuk manusia, tetapi tidak semua orang mengijinkan atau menjadikan Tuhan berdaulat atas dirinya. Sebaliknya, banyak hal selain Tuhan, yang dijadikan sebagai sesuatu yang berdaulat atas hidupnya.
Sayangnya, kekecewaan dapat menggeser tempat Tuhan berdaulat atas hidup kita, dan akhirnya bukan Tuhan lagi yang memegang kendali atas hidupnya.
Ada banyak alasan seseorang bisa membuat dalih untuk kecewa kepada Tuhan. Mulai dari mempersalahkan Tuhan, meragukan penyertaan-Nya, hingga keluar dari pimpinan Tuhan dalam hidupnya. Hal ini, biasa disebut dengan istilah “murtad”.
Baca juga: Bernilai di Mata Tuhan! Ini Agenda Hidup yang Seharusnya…
Mungkin kita tidak mengalami kekecewaan seperti kisah hamba Tuhan di atas, tetapi ada banyak persoalan lainnya yang bisa menggoncang iman kita. Tetapi tetaplah menjadikan Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu di dalam hidup kita. Dan apapun yang terjadi, kita tidak seharusnya negatif dengan Tuhan dan mengakhiri pertandingan iman dengan baik.
Ingatlah, jadikanlah Tuhan berdaulat atas hidupmu. Ia berhak mengambil dan memberi atau memberkati, yang perlu kita lakukan adalah tetap berjalan dalam kehendak-Nya dan setialah.
Dan, perlakuan orang di sekitar kita, meski tidak adil sekalipun, sebenarnya sebagai sarana di mana Tuhan membentuk atau mengasah kita atau membaharui karakter, pola pikir, dan gaya hidup kita, sehingga menjadi serupa dengan Kristus.
Jadi, Tuhan mengijinkan ketidakadilan kita alami, untuk mengasah iman kita sehingga memiliki karakter Kristus. Selain itu, bila kita benar-benar ingin menjadi pengikut atau murid Kristus yang sejati, mutlak yang harus kita adalah menjadikan Kristus bertakhta di hati kita.
Syarat awal seseorang menjadi murid Kristus dan berkarakter Kristus adalah menjadikan Tuhan berdaulat atas hidup kita atau menempatkan Kristus yang bertakhta dan memegang kendali seluruh hidup kita. Dialah satu-satu-Nya fokus hidup kita.
Manage-lah hidup kita dengan lebih bijak lagi, di antaranya buanglah kekecewaan baik terhadap sesama maupun kepada Tuhan, temukanlah karakter Kristus di dalam kita, dan pancarkanlah kasih Kristus bagi dunia.
DOA
Bapa, beri aku kemampuan untuk menerima apapun yang engkau izinkan terjadi dan selalu setia berjalan dalam kehendak-Mu, sebab Engkau yang berdaulat penuh atas seluruh hidupku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)
Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Tuhan Membiarkan Dosa? Ini Rencana Indah dibaliknya” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Linkedin, dll.) Anda.
Like (Sukai) juga Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.
Dan bergabunglah juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah artikel ini untuk menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.
Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!
- Tuhan Membiarkan Dosa? Ini Rencana Indah Dibaliknya…
- 39 KITAB PERJANJIAN LAMA DENGAN PENJELASAN SINGKAT (Bag. 1)
- Berjalan dalam Rencana Tuhan (2 Petrus 1:3-11)
- Mesias yang Dijanjikan dalam Alkitab, Ini Penjelasannya…
- Pentingnya Proteksi Iman dalam Kehidupan Orang Kristen
- Surat Kristus yang Terbuka; Jadilah Iklannya Tuhan!