Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Natal sebuah Pemberian atau Perayaan? Ini Sikap yang Seharusnya…

Natal sebuah pemberian
Via img: http://images-free.net


Fokus Hidup
“Natal adalah sebuah pemberian, benarkah? Perlukah merayakan natal dengan pesta pora dan kemewahan? Bagaimanakah sikap hati orang kristen dalam menyambut natal? Temukan jawabannya dalam renungan yang berjudul Natal sebuah Pemberian atau Perayaan? ini.”

 

Ayat Bacaan: Yohanes 1:12-14; 3:16-18
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, 
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; (ay. 12)

orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani 
oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (ay. 13)

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia 
dan kebenaran. (ay. 14)
(Yohanes 1:12-14)

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya 
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan 
beroleh hidup yang kekal. (ay. 16)

Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk 
menyelamatkannya oleh Dia. (ay. 17)

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, 
ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. (ay. 18)
(Yohanes 3:16-18)

 

 

Tentu sudah menjadi kebiasaan atau budaya di berbagai belahan dunia dalam merayakan natal dengan kemewahan dan glamor.

Di jalan-jalan perkotaan dan mall-mall pun dihiasi dengan lampu-lampu hiasan dan berbagai pernak-pernik atau aksesori natal. Tidak ketinggalan, di rumah-rumah orang Kristen bahkan gereja-gereja pun dihiasi dengan berbagai aksesori natal. Melihat hal ini, pernahkah terbesit pertanyaan dalam pikiran kita, apakah natal sebuah pemberian ataukah perayaan?

Memang merayakan natal seperti itu, tidaklah salah, bahkan sesuatu yang baik, sebab merupakan bentuk mengekspresikan keceriaan dan kebahagiaan atas merayakan atau memperingati lahirnya Juruselamat dunia 2000 tahun yang lalu, di kandang domba yang hina di Betlehem.

Baca juga: 7 MAKNA NATAL ATAU KELAHIRAN KRISTUS DALAM ALKITAB

Namun yang disayangkan adalah makna natal sudah bergeser dari natal sebuah pemberian kepada perayaan semata. Natal menjadi identik dengan perayaan. Dengan kata lain, berbicara tentang natal berarti berbicara tentang kemewahan, pesta pora, baju baru, pohon natal, Santa Klaus, kegemerlapan, dsb-nya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mengindetikkan natal dengan kemewahan dan gempita?

Sebut saja Doni, seorang anak yang berasal dari keluarga Kristen. Ia selalu merindukan hari Natal, sebab seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya, keluarganya akan mengadakan liburan Natal di sebuah kota yang gemerlap dengan berbagai hiasan Natal, melihat Santa Klaus, mendapat hadiah, dan menghiasi pohon Natal. Itu sebabnya, ia ingin sekali Natal segera tiba.

Namun sayang, di tahun tersebut perusahaan ayahnya gulung tikar dan mengalami kebangkrutan.

Hal ini membuat Doni, tidak bisa lagi merayakan natal sesuai dengan keinginannya. Ia pun menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan atas kemalangan yang terjadi. Tidak ada lagi gairah merayakan natal seperti tahun-tahun sebelumnya, karena tidak ada lagi jalan-jalan, baju baru, dan kado natal terindah yang bisa ia peroleh dari orang tuanya.

Namun di pagi hari, di hari natal itu, tidak jauh dari rumahnya ia melihat seorang anak seumuran dengannya yang kumuh sedang duduk di pinggir jalan dan seperti sedang berdoa.

Baca juga: NATAL MENUNTUN KITA KEPADA-NYA

Rasa penasaran, ia pun mendekati anak itu dan bertanya kepadanya, “Apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

Anak tersebut dengan penuh senyum menjawab, “Saya sedang berdoa kepada Tuhan, mensyukuri akan kasih dan pemeliharaan-Nya hingga di hari natal ini. Bahkan saya bersyukur sebab Tuhan Yesus mau datang dan lahir ke dalam dunia ini untuk menerima saya anak kecil yang hina ini. Bagiku natal sebuah pemberian dari Tuhan, kado spesial untukku..

Akhirnya Doni menyadari bahwa tak sepantasnya ia menyalahkan Tuhan, sebab orang yang baru saja ia kenal dan terlihat lebih susah darinya masih bisa bersyukur. Apa yang dikatakan seperti menegur dirinya dan  ia pun merayakan natal bersama keluarga dengan penuh kesederhanaan dan penuh rasa syukur. KIni, baginya natal sebuah pemberian terindah baginya.

Tuhan Yesus lahir di dunia ini bukan dengan kemewahan, Ia tidak memilih di tempat yang istimewa, bukan pula dalam istana yang megah, melainkan di kandang domba yang hina, bahkan Ia dibaringkan di dalam palungan (Luk 2:7).

Baca juga: Bom Di Malam Natal, Kisah Sang Pahlawan Kemanusiaan

Hal ini dilakukan-Nya, bukan karena Tuhan itu miskin, melainkan karena kasih-Nya yang besar terhadap kita, sehingga Tuhan Yesus rela menjadi manusia untuk kita yang miskin, papa, pendosa, terhina, bahkan tidak layak untuk dikasihi dan tidak layak mendapat pengampunan.

Karena itu, makna natal sejatinya bukanlah sebuah perayaan semata, melainkan pemberian kasih sejati Tuhan bagi kita, agar kita beroleh kasih karunia-Nya. Natal sebuah pemberian!

Hal terpenting yang perlu kita pertanyakan dalam hidup kita adalah sudahkah Kristus lahir di hati kita? Sebab, kekayaan, harta, dan apapun yang kita miliki, sebetulnya tidak akan memberikan kebahagiaan sejati. Bahkan bisa membawa kita kepada kebinasaan bila kita terikat dengan dunia ini.

Oleh sebab itu, janganlah kita terfokus untuk menyenangkan diri sendiri dengan memperkaya diri, membeli barang branded, dan mengikuti segala keinginan-keinginan yang hanya untuk kepuasan keinginan duniawi semata.

Alangkah baiknya berkat yang Tuhan percayakan, kita pergunakan untuk hal-hal yang bermanfat termasuk memberkati orang-orang miskin, yang memang membutuhkan bantuan. Termasuk membantu saudara-saudara kita sedang tertimpa bencala alam.

Baca juga: Fenomena Bintang Betlehem, Jadilah Alat Tuhan…

Biarlah hidup kita menjadi berkat dan menjadi murid Kristus yang sejati karena Ia telah lahir di hati kita. Janganlah menjadi orang Kristen yang munafik atau hanya Kristen berstatus agama saja, melainkan benar-benar kita adalah murid Kristus.

Ingatlah, natal sebuah pemberian atau anugerah keselamatan dan hidup kekal, bukanlah perayaan semata.

Tidak harus merayakan natal dengan kemewahan, tetapi marilah berbagi dan meneladani Kristus dalam hal kasih, karakter, iman, ketekunan, dan kesetiaan.

Tetaplah tinggal di dalam Dia, berjalanlah dalam kehendak-Nya, dan jadilah serupa dengan Kristus!

DOA
Bapa sorgawi, ajar aku memaknai Natal dengan benar sehingga hidupku berkenan kepada-Mu, bukan untuk memuaskan keinginan duniawi. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

(Tulisan ini adalah tulisan asli penulis yang sebagian isi sudah dimuat dalam renungan harian Manna Sorgawi)
(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan berjudul “Natal sebuah Pemberian atau Perayaan?” ini, tanpa seijin penulis)

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Natal Sebuah Pemberian atau Perayaan?” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Gogle+, dll.) Anda. Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang dapat meneguhkan iman Saudara!

 

 

Tanggapan Anda:

error: