Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

Paradigma Alkitabiah; Awal dari Pembaharuan Iman

Fokus Hidup “Sebagai orang percaya seharusnya kita memiliki paradigma Alkitabiah, mengapa? Apakah Seseorang yang percaya Yesus secara instan memiliki paradigma yang Alkitabiah? Bagaimana agar memiliki paradigma yang benar sesuai dengan standar Alkitab? Benarkah iman yang benar berawal dari memiliki paradigma Alkitabiah? Temukan jawabannya dalam renungan ini.”

 

Bacaan ayat: Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh 
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: 
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.


Konsep dunia sangat berbeda dengan Alkitab dalam berbagai hal, termasuk filosofi dan prinsip hidup. Dalam konsep keselamatan, pada umumnya sebagian orang beranggapan bahwa perbuatan baik membawa seseorang kepada keselamatan, tetapi Alkitab berkata keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus melalui iman yang benar, yakni disertai dengan tindakan (Ef 2:8-10; Yak. 2:14-17).

Demikian juga dalam konsep meraih berkat finansial atau menjadi kaya, prinsipnya “hemat pangkal kaya”. Tetapi, Alkitab menekankan “banyak memberi, banyak menerima” (Ams 11:24-25). Bahkan, Alkitab mengajarkan pengampunan, relasi dengan Tuhan, dan keuntungan menderita bagi Kristus.

Baca juga: Merugikan Orang Lain? Hindarilah Hal ini…

Perbedaan konsep atau pandangan ini tentu didasari oleh paradigma. Arti lain dari paradigma adalah kerangka pikiran, pola pikir, sudut pandang, atau cara berpikir seseorang yang dapat mempengaruhi pikiran dan perbuatannya. Perubahan hidup dalam pemikiran, prinsip, pertobatan, dan pelayanan merupakan hasil dari paradigma.

Bahkan pertumbuhan iman dan kedewasaan rohani dicapai karena adanya pembaharuan paradigma. Selain itu, Tuhan menghendaki agar kita memiliki paradigma Alkitabiah, yakni sudut pandang yang didasari, dilandaskan, dan sesuai dengan Alkitab.

Memiliki paradigma yang Alkitabiah atau pemahaman yang sesuai dengan standar Alkitab, memang tidak otomatis dan membutuhkan proses. Namun tentu tergantung kepada setiap individu.

Bila seseorang dengan giat belajar Alkitab dan memaksakan diri untuk menghidupi kebenaran, maka akan semakin cepat mengalami pembaharuan akal budinya, bahkan akan mengalami pengalaman indah bersama Tuhan dalam pengenalan akan Kristus yang semakin disempurnakan melalui bimbingan Roh Kudus. Hari demi hari, manusia batinnya dibaharui.

Sebaliknya, bila tetap berkeras hati dan tegar tengkuk dalam bimbingan Roh Kudus, prosesnya membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan seumur hidup pun tidaklah cukup. Contohnya dapat kita lihat dalam kehidupan bangsa Israel sewaktu menuju ke tanah Kanaan.

Perjalanan bangsa Israel menuju tanah Perjanjian atau negeri Kanaan, sebenarnya dapat ditempuh beberapa tahun saja atau bisa juga dalam tiga bulan saja dan atau 40 hari saja.

Bahkan bisa ditempuh dalam waktu 10 hari berjalan kaki. Seperti yang pernah dilakukan oleh anak-anak Yakub sewaktu mereka hendak bertemu Yusuf di Mesir, untuk membeli makanan agar keluarga mereka terhindar dari bencana kelaparan (Kejadian 42:3).

Baca juga: Cegah Alzheimer, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Percaya…

Namun faktanya mereka mencapai 40 tahun lamanya. Tentu, hal ini disebabkan oleh paradigma mereka yang masih terpaut dengan kehidupan lampau, sehingga mereka bersikap tegar tengkuk dan bersungut-sungut.

“Meski Tuhan menunjukkan pemeliharaan dan kasih-Nya melalui tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari, bahkan Tuhan menyediakan makanan dan minuman bagi mereka. Perlindungan Tuhan bagi mereka 24 jam nonstop, pakaian dan kasut pun tidak rusak walau di padang gurun. Tetapi, mereka tidak melihatnya sebagai anugerah terindah dari Tuhan.”

Di pikiran mereka, kehidupan di Mesir lebih baik daripada di padang gurun, apalagi ketika mereka akan memasuki tanah Kanaan. Tentu mereka akan mengalami kekalahan dan binasa karena bangsa yang mereka hadapi adalah orang-orang raksasa (Bil 13:33; 14:1-4).

Paradigma inilah yang membuat bangsa Israel tidak dapat melihat kebaikan dan rencana Tuhan yang indah dalam perjalanan iman mereka untuk menggapai janji Tuhan. Bahkan, Tuhan pun hilang kesabaran terhadap bangsa tersebut (Bil 14:26-35).

Janganlah kita meniru sikap keras dan tegar tengkuk bangsa tersebut.

Rasul Paulus menasihatkan kepada kita agar, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, ….” Kata “budimu” dalam bahasa Yunani yaitu naos, artinya “akal budimu”. Ketika paradigma kita berubah dan selaras dengan Alkitab, maka kita dapat membedakan manakah kehendak Allah.

Buanglah konsep yang lama dalam pikiranmu dan milikilah paradigma yang Alkitabiah melalui pembelajaran firman Tuhan dan proses pembentukan iman melalui kesulitan atau persoalan hidup.

Baca juga: Dibalik Karakter Hello Kitty

Pemahaman atau konsep kita yang lama perlu kita buang dan membuka diri kita kepada pengetahuan yang baru di mana murni pengajaran Alkitab yang kita terima. Ada banyak doktrin yang membuat kita akhirnya bingung untuk mengikuti yang mana. Tetapi bila kita sungguh-sungguh mau mengenal kebenaran, maka nurani kita bisa membedakan manakah ajaran yang benar dan manakah pengajar yang benar.

Tuhan Yesus berkata dalam Matius 9:17, “Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” 

Tidak bisa tidak, bila ingin mengalami pembaharuan akal budi atau memiliki paradigma alkitabiah, haruslah membuang pemahaman yang lama, yang sebenarnya bukan ajaran yang berdasarkan Alkitab melainkan ajaran manusia yang seolah-olah Alkitabiah. Sebab anggur yang baru harus juga menggunakan kantong yang baru. Bila tidak, kebenaran itu tidak akan mengubah paradigma kita yang lama.

Ketika seseorang memiliki paradigma yang Alkitabiah, maka ia akan mengalami pembaharuan akal budi atau pembaharuan iman yang disertai dengan perbuatan yang tunduk dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

Karena itu, biarkan Roh Kudus membaharui pikiran, perasaan, dan kehendak kita sehingga sesuai dengan Alkitab, melalui pembelajaran yang intensif akan kebenaran Alkitab, doa, dan pengalaman hidup bersama Tuhan.

Jadilah anak atau hamba yang taat! Jangan biarkan sungut, tegar tengkuk, dan kekerasan hati menghalangi pengenalan yang benar akan Allah. Milikilah speed yang maksimal dalam melalui perjalanan iman kita. Mulailah saat ini untuk mengubah paradigma kita sehingga selaras dengan Alkitab dan berjalanlah dalam kehendak-Nya.

 

DOA
Bapa, ajarku untuk dapat melihat rencana Tuhan yang indah dibalik kesulitan dan persoalan hidup. Biarlah aku memiliki paradigma yang alkitabiah. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

 

Jika Anda merasa diberkati dengan artikel “Paradigma Alkitabiah; Awal dari Pembaharuan Iman” ini, bagikanlah ke sosmed (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda. Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

 

Kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!

 

 

Tanggapan Anda:

error: