Hubungi Kami"... jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, ..." (Rm. 14:8)

12 PRINSIP PERNIKAHAN KRISTEN BERDASARKAN ALKITAB

10. Pernikahan Kristen adalah Teokrasi Bukan Demokrasi

Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. (1 Korintus 11:3)

Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Efesus 1:22-23)

 

Prinsip pernikahan Kristen yang dijelaskan dalam bagian ini adalah Tuhan yang seharusnya bertakhta, menjadi kepala atau pemimpin dalam keluarga. Haruslah teokrasi bukan demokrasi.

Keluarga Kristen seharusnya menerapkan teokrasi bukan demokrasi. Apa itu teokrasi? KBBI mengartikan bahwa teokrasi itu ialah “cara memerintah negara berdasarkan kepercayaan bahwa Tuhan langsung memerintah negara, hukum negara yang berlaku adalah hukum Tuhan, pemerintahan dipegang oleh ulama atau organisasi keagamaan.”

Sederhananya, Teokrasi berarti membiarkan Tuhan yang memerintah (menjadi kepala, memimpin) dan pegang kendali. Begitu juga dalam keluarga Kristen, kita harus membiarkan Tuhan menjadi kepala dan yang pegang kendali keluarga kita, sehingga keluarga kita sesuai dengan kehendak-Nya. Inilah prinsip pernikahan Kristen yang sesuai Alkitab.

Sayangnya, ada juga keluarga Kristen lebih mengedepankan demokrasi daripada teokrasi. Bahkan alasannya adalah HAM. Mengatasnamakan HAM namun dapat membelenggu pemerintahan Tuhan dalam keluarga maupun individu. Salah satu negara yang mengedepankan HAM adalah negara Belanda.

Bayangkan! Seorang anak di negeri ini, tidak boleh dipaksa ke Sekolah Minggu bila ia tidak bersedia. Bila memaksanya, maka hal itu dianggap melanggar HAM.

Baca juga: Kedaulatan Allah Menguasai Segala-galanya

Ini dapat mengakibatkan banyak anak-anak akhirnya memiliki pandangan mengenai Tuhan hanya berdasarkan apa yang dia pikirkan tentang Tuhan. Bukan berdasarkan apa yang dikatakan oleh Alkitab dan biasanya lebih kompromi dengan dosa daripada hidup sesuai standar Alkitab.

Generasi tersebut, dapat menjadi generasi yang tidak lagi menghargai Tuhan, lebih mementingkan HAM, dan demokrasi, daripada Tuhan. Padahal anak perlu ke Sekolah Minggu agar mereka mendapat ajaran nilai-nilai Alkitab dan hidup melakukan kehendak-Nya.

Menerapkan HAM dan demokrasi tentu adalah hal yang baik dan penting, tetapi seharusnya pada tempat yang seharusnya. Dalam keluarga, janganlah menerapkan sistem demokrasi, melainkan teokrasi atau hiduplah sesuai dengan tuntunan, pimpinan, dan kehendak-Nya. Sebab Kristus adalah kepala yang memimpin kita kepada seluruh kebenaran-Nya.

Demokrasi dapat membuat seseorang memilih melakukan keinginannya, bukan kehendak Tuhan. Namun teokrasi atau membiarkan Tuhan memimpin hidup kita, menghantar kita kepada mahkota dan kekekalan hidup yang tak berujung.

 

 

 

11. Pernikahan Kristen adalah Membangun Harmonisasi Fungsional Anggota Keluarga

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. (Kolose 3:18-21)

 

Prinsip pernikahan Kristen yang dijelaskan dalam bagian ini adalah menerapkan fungsi anggota keluarga pada tempat yang sepatutnya, sehingga memancarkan keluarga Kristus.

Pernikahan modern atau masa kini, sebagian tidak lagi menerapkan prinsip pernikahan Kristen dalam keluarga, yang memfungsikan diri pada tempat yang tepat sebagai anggota keluarga di dalam Kristus. Mereka lebih menerapkan prinsip pernikahan yang sebenarnya tidak membangun keluarga yang utuh dalam keharmonisan.

Faktanya, ada banyak istri yang kebablasan dan mengambil tempat suami yang seharusnya. Istri lebih dominan dalam memimpin dan mengatur keluarga. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang Alkitab katakan.

Begitu juga dengan istilah privasi dalam keluarga. Tidak ada privasi suami atau istri menurut Alkitab, sebab keduanya menjadi “satu daging”. Yakni, keduanya harus terbuka, jujur, menerapkan pola Alkitab dalam berkeluarga, saling menjaga keutuhan keluarga, dan membangun keluarga yang sesuai dengan rancangan Tuhan.

Membangun keluarga yang sesuai dengan rancangan Tuhan ialah haruslah menempatkan fungsional anggotanya masing-masing, sehingga terciptalah keharmonisan dan menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan. Prinsip pernikahan Kristen yang Alkitabiah, tentu harus menerapkan pola ini.

Baca juga: 6 HAL TENTANG MENJALIN RELASI DENGAN BAIK

Fungsi seorang suami dalam keluarga adalah menempatkan dirinya sebagai kepala dalam keluarga (Ef. 5:23-24). Kepala di sini, bukan berarti ia bersifat seperti raja dan harus dilayani, melainkan ia menjadi teladan Kristus di dalam rumah tangganya.

Kata “kasihilah” pada nats di atas menggunakan kata agape. Jelaslah suami harus mengasihi istri dengan kasih Kristus, yakni penuh cinta, pengorbanan, tulus, melindungi, dan menerima apa adanya, serta membimbing. Ia harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (Ef. 5:28) dan menghormati istrinya (1 Petrus 3:7). Ini mutlak harus diterapkan oleh seseorang suami.

Begitu juga dengan fungsi istri, ia harus tunduk kepada suaminya seperti kepada Tuhan (Ef. 5:22) dan menghormatinya (Ef. 5:33). Kata “tunduklah” dalam nats di atas, dalam Bahasa Yunani menggunakan kata hupotasso, yang artinya memberikan diri secara utuh dan menempatkan diri di bawah orang yang dihormatinya sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.

Kedua-duanya, yakni suami dan istri, juga harus saling memenuhi kewajibannya kepada pasangan mereka masing-masing (1 Kor. 7:3).

Tempatkanlah kedudukan suami dan istri sebagaimana seharusnya. Begitu juga perlakuan kepada anak-anaknya. Seorang suami harus mengajarkan anak-anaknya agar hidup takut akan Tuhan dan jangan membuat mereka kecewa, marah, benci, atau dendam kepadanya karena perlakuannya yang kasar dan tidak menjadi teladan baginya.

Seorang anak juga harus menghormati orang tuanya dan menaati mereka.

 

 

 

12. Pernikahan Kristen adalah Membangun Keluarga yang Berkenan Bagi Tuhan

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Efesus 1:3-4)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. (Roma 8:28-30)

 

Prinsip pernikahan Kristen yang dijelaskan dalam bagian ini adalah sejatinya pernikahan di dalam Kristus, tujuannya menjadi keluarga yang berkenan di hadapan Tuhan.

Keluarga sebagai proyek Allah untuk membentuk manusia Allah yang berkenan kepada-Nya. Rancangan Tuhan jelas bagi orang yang hidup takut akan Dia. Dan, mereka yang sungguh-sungguh percaya akan mengalami proses iman sehingga menjadi serupa dengan Kristus.

Keluarga adalah tempat untuk melatih atau melahirkan para prajurit-prajurit Kristus yang siap memasuki pertandingan iman. Oleh sebab itu, setiap individu yang terlibat dalam pernikahan, hendaknya hidup takut akan Tuhan, sehingga keturunannya pun dapat dididik menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.

Pernikahan pada rancangan awal sewaktu manusia di Taman Eden adalah melahirkan benih-benih ilahi. Jelas sekali, Tuhan memberikan mandat, kepada manusia pertama terkait dengan keluarga, ialah “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,” (Kej, 1:28).

Baca juga: 7 PASUTRI DALAM ALKITAB; PEMBELAJARAN MEMBANGUN KELUARGA

Dengan kata lain, hubungan suami istri atau hubungan seks adalah kudus atau tidak berdosa di mata Tuhan. Dan, Tuhan menghendaki bahwa keturunan-keturunan manusia bertambah banyak memenuhi bumi dan melaksanakan tugas tanggung jawab dalam mengelola bumi.

Keturunan manusia pertama di Taman Eden ini, tentunya adalah anak Allah sebab lahir dari benih ilahi yang segambar dan serupa dengan Allah. Namun kejatuhan manusia ke dalam dosa, akhirnya membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah.

Arti kehilangan kemuliaan Allah di sini adalah moral, karakter, dan keberadaan manusia seutuhnya tidak lagi sesuai dengan standar Allah yang seharusnya. Tentu sifat yang baik, kecerdasan, dan pola pikir manusia yang wajar masih melekat kepada diri manusia.

Jatuhnya manusia ke dalam dosa bukan berarti keberadaannya, cara berpikir, dan cara hidupnya seperti halnya binatang. Walau memang ada juga sifat jahat manusia yang lebih sadis dibanding binatang, bukan berarti derajatnya lebih rendah atau selevel dengan binatang.

Manusia tetap memiliki pikiran dan kecerdasan atau tetap segambar dan serupa dengan Allah, tetapi moral dan karakternya, tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan. Manusia bisa berbuat baik tanpa Tuhan, bisa menjadi kaya tanpa Tuhan, bisa hidup tanpa Tuhan, namun moral, pikiran, dan karakternya jauh dari perkenan Tuhan.

Kabar baiknya, kematian Kristus mengembalikan manusia kepada posisinya yang semula sewaktu di Taman Eden. Ada benih ilahi yang muncul dan bertumbuh bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 1:12).

Alkitab berkata, barangsiapa percaya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah.

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh atau mau berurusan dengan Tuhan, beroleh kesempatan menjadi Anak Allah yang sah dan Tuhan bekerja dalam segala perkara di kehidupannya. Tuhanlah yang membentuk menjadi sempurna di mata-Nya.

Begitu juga dengan tugas keluarga, yakni di dalamnya Tuhan Yesus seharusnya menjadi nahkoda dalam keluarga itu. Mandatnya jelas, suami dan istri harus mengajarkan keturunan-keturunannya menjadi anak-anak Allah. Tidak mudah mendidik anak-anak menjadi takut akan Tuhan, tetapi inilah tugas keluarga, yakni melahirkan keturunan-keturunan ilahi.

Keluarga juga sebagai wadah penggenapan rencana Allah, di mana banyak orang bisa mengalami pembaharuan di dalam Kristus dan menjadi serupa dengan Kristus. Tetapi bila keluarga tersebut hidup takut akan Tuhan dan prinsip pernikahan Kristen yang ALkitabiah.

 

 

 

Penutup

Demikianlah penjelasan 12 Prinsip Pernikahan Kristen berdasarkan Alkitab yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan berkeluarga, sehingga banyak keluarga yang menjadi berkat bagi keluarga lainnya. Dan terlebih penting adalah para keluarga Kristen benar-benar membangun keluarga yang berkenan kepada-Nya.

Jadilah keluarga Kristen yang memuliakan nama Tuhan, sehingga anak cucu atau orang-orang yang pernah dibesarkan dalam keluarga tersebut, menjadi pribadi yang memiliki iman yang berkualitas di dalam Kristus.

Dunia sekitar kita dapat melihat ada Kristus di dalam kita, ketika kita menerapkan prinsip pernikahan Kristen yang sesuai dengan Alkitab. Bersaksilah melalui keluarga Anda dan pastikan keluarga Anda beroleh keselamatan kekal!

(Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis)

 

Jika Anda merasa diberkati dengan Artikel berjudul, “12 PRINSIP PERNIKAHAN KRISTEN MENURUT ALKITAB” ini, bagikanlah artikel ini kepada sahabat, keluarga, dan rekan-rekan Anda.

Jangan lupa, Like (Sukai) Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari fokushidup.com.

Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik.

Jangan berhenti di tangan Anda, tetapi bagikanlah artikel 12 PRINSIP PERNIKAHAN KRISTEN MENURUT ALKITAB ini, melalui sosial media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda. Sebab dengan demikian, Anda juga sudah berpartisipasi dalam mengajarkan kebenaran Alkitab. Selain itu, teruslah bertekun dalam Kristus. Tuhan Yesus Memberkati …!!!

 

Kunjungi beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara!

2 Comments

Tanggapan Anda:

error: