10 FAKTA JODOH KRISTEN BERDASARKAN ALKITAB
|Fokus Hidup – “Apakah jodoh itu selalu dari Tuhan? Apakah jodoh Kristen itu takdir? atau sudahkah Tuhan menentukan jodoh seseorang? Perlukah jodoh itu dicari? Simak artikel berjudul 10 Fakta tentang Jodoh Kristen Berdasarkan Alkitab ini.”
Pembahasan dalam artikel ini adalah mengenai jodoh Kristen. Hal ini menarik minat penulis untuk membahasnya, karena melihat banyak ajaran mengenai jodoh Kristen yang mengambang dan membingungkan orang Kristen.
Ada yang mengatakan jodoh itu sudah ditakdirkan atau ditentukan Tuhan, sama halnya Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Sebab itu, tidak sedikit orang yang bercerai mempersalahkan Tuhan, seolah-olah pilihan Tuhan itu salah adanya.
Benarkah jodoh Kristen ditakdirkan ataukah pilihan?
Baca juga: Mencintai Walau Harus Terluka, Ini Bukti Kasih
Bukankah untuk beroleh keselamatan di dalam Kristus adalah pilihan seseorang? Bila seseorang ingin beroleh keselamatan dan memerintah bersama Kristus di kekekalan, maka ia harus berjuang dalam iman, yakni harus menjadi serupa dengan Kristus.
Terkait dalam pilihan karena free will atau kehendak bebas, tidak hanya dalam hal keselamatan. Sebenarnya dalam segala aspek, kita juga diperhadapkan oleh berbagai pilihan-pilihan yang menentukan karakter dan masa depan seseorang. Misal, pekerjaan, sekolah, tempat tinggal, dll. Termasuk dalam hal-hal praktis, seperti “makan di mana, makan apa, dan mau berbuat apa?”
Apakah jodoh adalah pilihan? Apakah jodoh selalu dari Tuhan? Apakah ada kriteria jodoh Kristen? Apakah jodoh Kristen ialah berlawanan jenis ataukah boleh dengan sesama jenis? Apakah dalam mencari jodoh itu harus melibatkan Tuhan?
Apa tujuan dalam berpacaran? Perlukah menjauhi percabulan? Haruskah pernikahan diberkati oleh hamba Tuhan? Berikut ini penjelasan mengenai “10 Fakta tentang Jodoh Kristen Berdasarkan Alkitab.”
1. Jodoh Kristen Tidak Selamanya dari Tuhan
Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina. (Kidung Agung 8:6-7)
Bagian pertama dalam pembahasan tentang jodoh Kristen berdasarkan Alkitab ini adalah jodoh tidak selamanya atau belum tentu dari Tuhan.
Nats di atas menjelaskan bahwa cinta itu kuat seperti maut. Begitu kuat atau gigihnya cinta itu, sehingga Salomo menggambarkan kegairahannya gigih seperti dunia orang mati dan nyala api Tuhan. Cinta juga sejatinya tidak bisa di beli dengan uang, Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.
Apabila seseorang jatuh cinta maka akan sulit memadamkan panah asmara di dalam hatinya.
Ia rela kehilangan segalanya, termasuk nyawa dan imannya demi si “dia”. Faktanya, ada yang sampai rela menderita, asalkan tidak terpisahkan dengan pujaan hatinya. Benarlah, cinta itu membutakan hati dan pikiran, yang ada hanya rasa.
Baca juga: Mom’s Night Out; Milikilah Hati untuk Diubahkan Oleh-Nya…
Seseorang yang jatuh cinta begitu dalamnya akan membuatnya menjadi bodoh, dimana semua nasihat pasti diabaikannya. Juga tanpa logika sebab ia tidak peduli lagi latar belakang dan karakter kekasihnya itu. Dan tanpa akal sehat, ia tidak bisa menimbang dengan benar akan hubungannya itu, bahkan rela memberikan kesuciannya dan berpindah kepercayaan.
Bukankah ada yang bunuh diri karena cintanya ditentang keluarganya? Bukankah ada juga anak muda Kristen meninggalkan imannya hanya karena kekasihnya itu? Inilah dampak dan bahaya bila seseorang telah terbakar oleh api cinta. Tuhan pun tidak lagi ditakuti olehnya.
Karena itu, sejak dini, seorang anak muda Kristen harus membangun cinta yang semakin kuat dan dalam terhadap Tuhan. Sebab, bila cinta kita kepada Tuhan semakin kuat, siapapun dan apapun tidak mampu menggeser Tuhan di hati kita.
Bila cintanya begitu kuat dan dalam kepada Tuhan, ia akan rela berpisah dengan kekasihnya daripada jauh dari Tuhan. Juga, akan rela hidup susah, miskin, atau menderita daripada harta dan kekayaan menjauhkannya dari Tuhan.
Sebaliknya, seseorang yang begitu mencintai kekasihnya, Tuhan pasti diabaikannya. Begitu juga, jika seseorang menjadi cinta uang dan cinta dunia, ia akan berani mengorbankan Tuhan atau tidak takut akan Tuhan (berani korupsi, menipu, berbisnis dengan cara yang tidak benar, dsb.), dan rela mengorbankan keluarganya (termasuk istri, orang tua, dan anak-anaknya).
Berdasarkan nats dan penjelasan di atas, tentu dapat kita simpulkan, bahwa tidak selamanya jodoh dari Tuhan. Sebab faktanya, cinta dapat menjauhkan seseorang dari Tuhan. Bila jodoh dari Tuhan atau jodoh Kristen, pastilah hubungan dengan pasangannya itu, dibangun di atas dasar Kristus.
Maka, jelaslah tidak selamanya jodoh dari Tuhan. Seperti apa jodoh yang bukan dari Tuhan? Jodoh bisa karena keinginan diri sendiri, lingkungan, atau pilihan orang tua yang tidak sesuai dengan kriteria Alkitab dan bisa juga dari Iblis. Jodoh Kristen tidak selamanya dari Tuhan.
Jodoh dari Keinginan Diri Sendiri
Ada yang menikah karena uang dan harta, ini termasuk keinginan diri sendiri. Ada juga karena dijodohi orang tua atau keluarga, namun bukan dengan orang yang hidup takut akan Tuhan.
Memang, orang tua perlu andil dalam memilihkan jodoh bagi anaknya seperti Abraham yang memilihkan jodoh untuk Ishak, tetapi haruslah cermat dan selektif dalam melihat kedewasaan rohani calon pasangan anaknya itu.
Cinta itu buta! Saking butanya tidak bisa menilai dengan jeli apakah pasangannya itu baik atau tidak, dewasa rohani atau tidak. Akibatnya, terjadilah pernikahan beda agama dan beda usia yang terlalu jauh.
Baca juga: 7 FAKTA TENTANG PEREMPUAN SUNEM DALAM PL
Jatuh cinta itu, bisa juga terjadi karena sering bertemu dan saling sapa. Dari hal biasa menjadi cinta karena adanya perhatian dan kepedulian dari lawan jenis. Cinta seperti ini terkadang tidak melihat usia dan perbedaan iman. Bahkan tidak peduli sudah bersuami/istri atau tidak.
Seperti yang pernah terjadi, ada seorang pemuda menikahi seorang nenek berusia sekitar 80-an tahun. Anehnya si nenek meyakini bahwa pria itu adalah jodoh dari Tuhan atau jodoh Kristen. Padahal, itu adalah keinginannya sendiri bukan dari Tuhan. Sayang sekali di usia senja, ia tidak pergunakan sisa hidupnya untuk fokus kepada perkara-perkara rohani saja.
Jodoh dari Iblis
Jodoh dari iblis itu, misal adanya orang ketiga dalam pernikahan atau terjadinya perselingkuhan, tidak dengan yang seiman, dan menikah karena pesugihan.
Seorang suami atau istri yang memiliki selingkuhan atau kekasih gelap adalah orang yang tidak menghargai pernikahan. Tentu dibaliknya ini terjadi karena tidak ada kepuasan seks dan kurang mendapat perhatian atau kasih sayang dari pasangannya. Ini membuka celah bagi orang ketiga.
Pastilah kehadiran orang ketiga itu, merusak hubungan keluarga tersebut, dan ini bukan dari Tuhan. Dibaliknya, ada kuasa kegelapan yang mencoba menghancurkan keluarga Kristen melalui menghadirkan orang ketiga di tengah-tengah keluarga itu.
Dengan menggoda suami atau istri orang lain dan berselingkuh, sebenarnya ia membiarkan dirinya dikendalikan oleh iblis. Selingkuhan itu bukan jodoh dari Tuhan, melainkan dari iblis yang dengan mudahnya mengendalikan manusia untuk melakukan dosa perzinahan. Parahnya, ada yang menceraikan suami atau istrinya dan menikahi selingkuhannya.
Baca juga: 7 PASUTRI DALAM ALKITAB; PEMBELAJARAN MEMBANGUN KELUARGA
Pasangan yang tidak seiman, juga bukan dari Tuhan. Sebab Alkitab berkata, terang dan gelap tidak dapat bersatu (2 Korintus 6:14-15). Begitu juga dengan praktek pesugihan, ini jelas dari iblis. Tidak selamanya “jodoh Kristen” itu dari Tuhan.
Pernahkah saudara mendengar ada orang-orang yang bersekutu dengan iblis demi mencapai keinginannya?
Ada juga yang kebanyakan para wanita, menggunakan susuk untuk membuat incarannya itu jatuh cinta kepadanya. Juga, ada yang menggunakan “guna-guna” agar orang yang ia sukai atau taksir itu, jatuh cinta kepadanya.
Apakah itu dikategorikan jodoh Kristen atau jodoh dari Tuhan, bila seorang pemuda atau pemudi Kristen mendapatkan jodoh seperti mereka? Tentu tidak! Dan perlu kita pahami adalah jodoh yang tidak seiman dan membuat seseorang semakin jauh dari Tuhan, itu bukan dari Tuhan.
Mirisnya, ada yang bersekutu dengan setan untuk menjadi kaya. Namun syaratnya pasangan yang akan atau telah dinikahinya itu, harus menjadi tumbal. Tujuannya menikah hanya untuk menjadikan suami atau istrinya sebagai tumbal saja untuk membayar harga perjanjiannya dengan kuasa kegelapan, agar ia menjadi kaya secara finansial.
Ia mengorbankan orang lain hanya untuk kepentingannya sendiri.
Sebagai anak muda Kristen, hati-hatilah dalam mencari pasangan hidup atau jodoh Kristen. Carilah dan dapatkan yang dari Tuhan, jangan karena oleh keinginan diri sendiri atau dari iblis melalui perselingkuhan (suami atau istri orang lain), yang tidak seiman, atau pesugihan.
2. Jodoh adalah Pilihan, Bukan Ditentukan Tuhan
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Matius 19:12)
Bagian kedua dalam pembahasan tentang jodoh Kristen berdasarkan Alkitab ini adalah perlu kita pahami bahwa jodoh itu adalah pilihan karena merupakan free will.
Nats di atas ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang menjelaskan bahwa: 1) Ada orang yang tidak dapat menikah karena memang terlahir cacat, karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya.
2) Ada juga karena orang lain, ada orang yang dijadikan demikian. Seperti halnya trauma berpacaran dan menikah karena pernah disakiti. Juga karena pergaulan, seperti bergaul dengan para sodomi atau lesbian dan berperilaku seperti mereka. Namun tidak bisa menikah karena adat atau hukum setempat menentang hubungan yang tidak Alkitabiah tersebut.
Baca juga: Menebar Kasih Agape dalam Keluarga
3) Karena pilihannya atau kemauannya sendiri untuk mengabdikan diri dalam pelayanan, seperti halnya Paulus, ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Istilah ini disebut selibat, yakni tidak menikah dan mengabdikan diri kepada Tuhan melalui pelayanan kepada-Nya seumur hidup.
Paulus juga menjelaskan dalam 1 Korintus 7:1 bahwa jodoh adalah pilihan. “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.”
Maksud Paulus adalah baik bagi laki-laki apabila tidak menikah, seperti halnya dirinya (1 Kor. 7:7), namun bila tidak tahan dan mengingat bisa jatuh pada dosa percabulan, maka ada baiknya menikah. Jelaslah menikah atau tidak adalah pilihan sendiri.
Pendapat yang salah selama ini di kalangan orang Kristen adalah jodoh Kristen atau pasangan hidupnya adalah dari Tuhan. Atau kedua pasangan tersebut sudah jodoh yang dipersatukan Tuhan. Padahal, banyak ayat yang membuktikan bahwa jodoh itu bukan ditentukan Tuhan, melainkan pilihan kita sendiri, termasuk nats di atas menjelaskan jodoh adalah pilihan.
Tidak jarang ada banyak rumah tangga yang berantakan, setelah berpisah ia menyalahkan Tuhan. “oh Tuhan jodoh yang Kau berikan tidak cocok lagi” atau “mengapa Engkau memberikan jodoh seperti dia?” Ada banyak kalimat-kalimat seperti itu, yang dilontarkan kepada Tuhan sebagai kritik bahwa Tuhan salah memberikan jodoh kepadanya.
Hal ini tak dipahaminya, bahwa jodoh Kristen adalah pilihan. Kitalah yang menentukan dengan siapa kita menikah, bukan Tuhan. Kitalah yang memilih pasangan hidup kita bukan Tuhan. Karena itu kita membutuhkan panduan dan arahan yang jelas dari Tuhan agar kita mendapatkan jodoh sesuai dengan kehendak-Nya.
Ini penting, agar rumah tangga yang kita bangun menjadi rumah tangga yang memuliakan nama Tuhan. Namun apabila sudah terlanjur menikah, itulah resiko dari pilihannya, di mana ia harus menerima pasangannya apa adanya dan berusaha menjaga keutuhan rumah tangganya dan membimbing keluarganya agar menjadi keluarga yang berkenan bagi Bapa.
Baca selanjutnya: Klik NEXT di bawah ini, atau klik DI SINI untuk melanjutkan ke isi artikel berikutnya.