Mendidik Anak Sejak Dini; Haruslah Segera, Jangan Tunda!

Menyukai, menggemari atau nge-fans terhadap sesuatu, sering dianggap wajar, seperti yang lagi digandrungi oleh anak-anak saat renungan ini ditulis, yaitu Frozen.

Tokoh Elsa dan Anna, sepertinya menghipnotis anak-anak perempuan sehingga di kehidupan nyata, mereka ingin menjadi seperti Elsa atau Anna.

Hal ini juga memengaruhi anak perempuan saya yang kala itu berusia tiga tahun. Ia selalu meminta membelikan baju, sepatu, bahkan mainan yang berbau Frozen, terutama gambar Elsa dan Anna.

Suatu hari anak saya berkata, “Daddy saya mau jadi Elsa, saya ini Elsa ya.” Bisa dibayangkan sejauh itulah tokoh Frozen memengaruhi anak saya. Memang, kelihatannya tidak apa-apa dan wajar jika anak nge-fans terhadap sesuatu yang ia senangi.

Baca juga: Berkarya di Usia Senja? Ini yang Seharusnya DIlakukan…

Sebagian orang tua bisa saja beranggapan, “Ya, namanya juga anak-anak tidak ada salahnya mengikuti kemauannya, itu kan buat nyenangin si buah hati. Toh, kalau anak senang pastilah orang tua juga ikut senang.”

Apakah kita akan tetap membiarkan anak kita terlarut dalam imajinasi dan mimpi kebahagiaan tanpa membangunkannya?

Mendengar perkataan dari anak saya bahwa dirinya adalah Elsa, membuat saya berpikir dan menimbang-nimbang. Sepintas tidak mengapa, tetapi jika dibiarkan bukankah ia akan tumbuh dewasa di bawah bayang-bayang orang lain? Akhirnya, saya memanggilnya dan berusaha menjelaskan dengan benar bahwa keinginannya itu salah.

Saya katakan kepadanya, “Boleh saja menyukai Frozen, tetapi ingat kamu adalah anak daddy bukan Elsa. Jadilah dirimu sendiri, bukan menjadi orang lain atau Elsa.” Puji Tuhan, sejak itu anak saya tidak lagi pernah berkata aku Elsa. Bahkan ketika saya bertanya, “kamu Elsa?” Ia menjawab, “bukan daddy, aku anak daddy bukan Elsa.”

Sejak itu, saya semakin semangat lagi belajar untuk berkata hal-hal positif, mengajaknya berdoa, dan bercerita tentang Alkitab. Saya selalu berkata kepadanya, “Engkau berharga, Tuhan Yesus mengasihiMu, daddy dan mommy menyayangimu, karena itu semangat dan jadilah dirimu sendiri.”

Setiap orang tua tentunya menginginkan anaknya bertumbuh menjadi seorang anak yang percaya diri, mandiri, cerdas, bermoral, dan yang terpenting takut akan Tuhan.

Namun untuk mewujudkannya, kita seharusnya mengajarkan mereka atau mendidik anak sejak dini. 80% otak anak berkembang di usia 0-5 tahun, masa ini disebut “golden age”.

Di usia tersebut karakter seorang anak dapat terbentuk. Pada masa itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tumbuh kembang anak dan mendidik dengan memberi contoh perilaku yang baik.

Baca juga: Mengampuni Adalah Obat Kebencian, Jangan Keras Hati…

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi gadget yang memudahkan pengguna untuk bisa mengakses internet dengan mudah, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua masa kini untuk mendidik anak sejak dini.

Mengakses internet itu positif selagi digunakan untuk keperluan positif. Begitu juga sebaliknya, tanpa searching bisa memunculkan tampilan-tampilan negatif, seperti konten pornografi, kekerasan, dan sebagainya yang bisa merusak moral dan iman anak.

Selain dibutuhkan filter asupan untuk pengetahuan anak baik visual maupun non visual, orang tua juga sejak dini harus memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak.

Tidak hanya mengenai kasih Tuhan dan karakter berdasarkan Alkitab, orang tua juga perlu mengajari anak mengenai kebenaran Alkitab secara utuh, termasuk keselamatan, percaya Tuhan dengan segenap hati, menjadi serupa dengan Kristus, dan mengenai sorga dan neraka.

Bukankah bila kita mengajari anak-anak atau mendidik anak sejak dini, berarti menolongnya untuk tidak terpengaruh dengan cara hidup orang dunia pada umumnya yang tidak takut akan Tuhan? Selain itu, bukankah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab dan takut akan Tuhan, harus dimulai sejak dini? Dan bukankah mengajari anak mengenai sorga dan neraka, menolongnya untuk memahami tujuan hidup ini?

Namun terkadang dengan alasan sayang terhadap anak, banyak orang tua malah memanjakan anaknya. Padahal, memanjakan anak, hanya akan menghancurkan kepribadian dan moral anak tersebut. Seperti menjadi egois, tidak bermoral karena tidak bisa menilai mana yang baik dan tidak baik sebab apa yang ia inginkan selalu dituruti, suka memaksa, dan banyak lagi pengaruh lainnya akibat memanjakan anak.

Ingatlah, bila kita terlambat mengajari anak-anak kita, maka karakternya yang sudah terbentuk akan sulit diubah. Anak tersebut akan sulit merubah tabiat-tabiatnya.

Semakin bertambah usia seseorang, semakin terbiasa melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak baik dilakukan, sehingga akan semakin sulit ia berubah atau bertobat. Apalagi bila sudah terobsesi dengan tokoh tertentu.

Karena itu, sebelum terlambat, jangan biarkan anak kita terlalu menggemari tokoh film anak dan sebagainya, agar kelak terhindar dari “ingin menjadi seperti orang lain, minder, pemalu, tidak bisa menerima kenyataan, bahkan tidak bisa menerima dirinya sendiri.”

Tetapi, arahkanlah mereka agar sangat menggemari Alkitab dan nge-fans dengan para tokoh Alkitab. Didiklah anak sejak dini, sebab didikan Anda terhadap Anak, menentukan seperti apa anak Anda di masa depannya.

Segeralah dan Janganlah tunda! Ketahuilah mendidik anak adalah tanggung jawab Anda sebagai orang tuanya, yang dipercayakan Tuhan untuk membimbingnya.